Logo Bloomberg Technoz

“Dampaknya mungkin jangka pendek, perlu langkah konsolidasi jika terjadi merger atau akuisisi terhadap aset tersebut,” ujarnya.

Namun, saat ini industri dalam negeri belum banyak memanfaatkan produk antara yang dihasilkan dari smelter tersebut karena justru lebih banyak diekspor ke China dan menciptakan perkembangan industrialisasi di sana.

“Pemerintahan baru nanti perlu kerja keras untuk menciptakan industri manufacturing di Indonesia agar produk antara tersebut dapat dimanfaatkan di dalam negeri. Ini tantangan terbesar kabinet Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka nantinya,” ujarnya.

Bukan Berarti Pailit

Kendati demikian, Rizal menggarisbawahi restrukturisasi utang bukan berarti pengajuan kepailitan dan merupakan suatu hal yang biasa dilakukan oleh perusahaan dan kreditur, di mana bakal terdapat pembicaraan dan negosiasi.

Sebagai gambaran, kata Rizal, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) pernah melakukan restrukturisasi utang dan akhirnya terdapat kreditur yang masuk sebagai pemegang saham di perusahaan milik Grup Bakrie tersebut.

“Ini langkah win-win solution yang bisa dilakukan. Beberapa perusahaan lain juga melakukan hal yang sama,” ujarnya.  

Langkah restrukturisasi utang ini, kata Rizal, perlu dilakukan karena menyangkut banyak hal seperti operasional, serta kewajiban-kewajiban yang harus dibayarkan kepada pemerintah, pemasok, jasa, tenaga kerja yang bekerja di properti tersebut.

Dalam kaitan itu, restrukturisasi biasanya akan memakan waktu karena harus melakukan negosiasi antar pihak yang berkepentingan, tetapi tidak akan atau minim berdampaknya kepada operasional perusahaan bila arus kas perusahaan berjalan baik.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya mengatakan permintaan restrukturisasi utang Jiangsu Delong Nickel Industry Co ke pengadilan China oleh salah satu krediturnya tidak berdampak ke Indonesia.

Menurut Luhut, permintaan restrukturisasi tersebut hanya bakal berdampak kepada pasokan logam di China dan tidak memiliki keterkaitan ke Indonesia.

“Delong itu kan suplainya dia bermasalah, urusan dia itu, tidak ada urusan ke kita. Tidak ada, sama sekali tidak ada urusan,” ujar Luhut saat ditemui di JCC, Jakarta Pusat, Rabu (31/7/2024).

Smelter nikel./Bloomberg- Cole Burston

Per Bloomberg, di China sendiri, salah satu pedagang komoditas terbesar di China, yaitu Xiamen Xiangyu Co, sudah menghadapi kesulitan yang dipicu oleh runtuhnya Jiangsu Delong Nickel Industry Co, klien utama bisnis logamnya.

Xiangyu, pedagang terdaftar dengan pendapatan lebih dari US$60 miliar tahun lalu, mengatakan pada Senin bahwa grup induknya yang dimiliki negara akan mengambil alih klaim apa pun dengan Jiangsu Delong, produsen baja nirkarat yang utangnya telah mencengkeram sektor komoditas global.

Pengalihan eksposur keuangan kepada induk Xiamen Xiangyu Group Corp. akan "melindungi kepentingan perusahaan terdaftar dan investornya," kata Xiangyu.

Runtuhnya Jiangsu Delong — yang dimiliki oleh pengusaha logam legendaris Dai Guofang dan keluarganya — adalah yang terbaru dalam gelombang krisis utang dramatis yang melanda ekonomi terbesar kedua di dunia itu saat pertumbuhan melambat.

Kasus ini diawasi ketat oleh ratusan bankir, pedagang grosir, pemasok peralatan, dan pedagang komoditas di dalam dan luar China, karena jaringan bisnis Dai yang luas.

Jiangsu Delong memiliki kapasitas tahunan untuk membuat lebih dari 10 juta ton baja nirkarat dan produk paduan lainnya dari pabrik-pabrik di China dan Indonesia, tetapi banyak dari operasinya menghadapi hambatan dari jatuhnya harga nikel.

Pernyataan Xiangyu pada Senin pekan lalu tidak memberikan perincian tentang ukuran klaim yang akan dialihkan ke induknya, tetapi catatan publik menunjukkan unit yang terdaftar itu adalah rekanan utama Jiangsu Delong.  

Dalam pernyataan bursa awal bulan ini, Xiamen Xiangyu mencantumkan Jiangsu Delong sebagai pelanggan logam terbesarnya pada 2023, dengan perdagangan produk feronikel dan ferokrom senilai 7,1 miliar yuan (US$980 juta).

Xiangshui Hengsheng Stainless Steel Casting Co, perusahaan saudara Jiangsu Delong yang juga menghadapi permintaan restrukturisasi, adalah rekanan perdagangan logam terbesar Xiamen Xiangyu pada 2022 dengan transaksi sebesar 13,7 miliar yuan.

Xiangyu mengatakan eksposur Jiangsu Delong yang akan ditangani oleh perusahaan induk termasuk pembayaran di muka dan piutang, tanpa menjelaskan lebih lanjut. Pembayaran di muka umumnya mengacu pada pembayaran sebagian yang dilakukan oleh pelanggan sebelum pengiriman material.

Piutang adalah utang yang harus dibayarkan kepada perusahaan oleh pelanggannya untuk barang yang telah dikirim tetapi belum dibayar.

Dalam perdagangan komoditas, ini terkadang menjadi cara bagi rekanan dengan arus kas yang lebih kuat untuk membiayai pihak yang lebih lemah. Hubungan seperti itu umumnya mengharuskan penerima untuk memberikan agunan dan diskon harga kepada pemasok.  

Dalam laporan Juni, perusahaan pemeringkat China Lianhe Credit Rating Co mengatakan Xiamen Xiangyu meningkatkan skala pembayaran di muka sejak 2023 untuk "menstabilkan sumber daya hulu".

Hingga akhir Maret tahun ini, total utang perusahaan telah meningkat menjadi 64,6 miliar yuan, dan beban utangnya relatif berat, menurut Lianhe.

Xiangyu mengatakan dalam pernyataannya bahwa pabrik-pabrik Jiangsu Delong yang disebutkan dalam dokumen pengadilan berada di bawah pengawasan pemerintah dan berproduksi secara normal.

(dov/wdh)

No more pages