Bloomberg Technoz, Jakarta - Sejumlah ekonom memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2024 berada pada kisaran 4,97% - 5,02% (year-on-year/yoy), atau melambat dari triwulan sebelumnya yang mencatatkan angka 5,11% (yoy).
Hal ini dipengaruhi oleh berakhirnya faktor musiman yang dapat mengungkit ekonomi Indonesia, seperti pemilihan umum (pemilu) dan Ramadan yang jatuh pada kuartal sebelumnya.
Ekonom LPEM UI Teuku Riefky memproyeksikan pertumbuhan ekonomi triwulan II-2024 sebesar 4,99% (yoy), melambatnya pertumbuhan pada triwulan II tersebut didorong oleh minimnya faktor pendorong musiman serta tingginya ketidakpastian domestik dan global.
Angka pertumbuhan tersebut, lanjut Riefky, didapat berdasarkan kisaran estimasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2024 sebesar 4,97% - 5,01%.
“Perekonomian Indonesia secara umum relatif melemah di Triwulan-II 2024 dibandingkan triwulan sebelumnya. Tidak adanya faktor musiman yang memicu aktivitas ekonomi, tingginya ketidakpastian global, dan berlanjutnya permasalahan struktural berdampak negatif terhadap pertumbuhan,” tulis Riefky dalam risetnya, dikutip Senin (5/8/2024).
Selain faktor tersebut, Riefky menilai bahwa ketidakpastian arah kebijakan pemerintahan baru juga mendorong masyarakat menahan konsumsinya dan investor menjadi bersikap wait and see.
Sementara itu, Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksikan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal II-2024 pada kisaran 5,02% (yoy), melambat dari kuartal sebelumnya yang sebesar 5,11% (yoy).
Josua menjelaskan, besaran tersebut didorong oleh permintaan domestik yang relatif kuat meskipun terjadi penurunan permintaan eksternal yang diakibatkan perlambatan ekonomi global, utamanya China.
“Namun, permintaan domestik juga diperkirakan akan melambat di 2Q24 karena beberapa faktor. Pertama, pergeseran bulan Ramadan dari kuartal kedua ke kuartal pertama tahun ini dapat mengurangi pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kuartal kedua, yang biasanya mengalami lonjakan selama periode ini,” tulis Josua dalam keterangan resminya, dikutip Senin (5/8/2024).
Faktor kedua, yakni belanja yang diperkirakan melambat akibat normalisasi belanja pemerintah setelah periode pemilihan umum (Pemilu) yang diselenggarakan 24 Februari lalu.
Selanjutnya, Josua mengatakan bahwa investasi swasta diperkirakan akan tetap melemah, tercermin dengan PMI Manufaktur Indonesia yang kontraktif. Hal tersebut, mencerminkan sikap wait and see yang masih berlanjut pada kalangan produsen.
“Didorong oleh ketidakpastian atas agenda kebijakan ekonomi pemerintah baru dan risiko yang terkait dengan perlambatan ekonomi global, dan dampak yang bersumber dari risiko suku bunga kebijakan 'higher for longer' oleh The Fed yang menyebabkan pelemahan Rupiah,” tulis Josua.
Josua juga menerangkan terdapat beberapa faktor yang memberikan momentum pertumbuhan pada kuartal II-2024, seperti percepatan investasi pemerintah terutamanya di bidang infrastruktur yakni Proyek Strategis Nasional (PSN).
Selanjutnya, dampak ekonomi atas aktivitas musiman seperti mudik pada perayaan Idulfitri dan hari libur nasional lainnya turut menyumbang pertumbuhan pada kuartal II-2024. Josua menyebut, hal ini tercermin atas peningkatan pergerakan penumpang darat.
“Ketiga, produksi pertanian, terutama padi, diperkirakan akan kembali normal setelah kejadian El Nino, yang menggeser musim panen dari kuartal pertama ke kuartal kedua,” pungkas Josua.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro, memproyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2024 sebesar 4,98% (yoy), melambat dari kuartal sebelumnya yang sebesar 5,11% (yoy).
Andry menjelaskan proyeksi pertumbuhan yang lebih rendah diakibatkan dengan normalisasi kegiatan ekonomi setelah periode pemilu, serta konsumsi yang lebih tinggi secara musiman pada perayaan Ramadan di kuartal sebelumnya.
“Konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah diproyeksikan tumbuh masing-masing sebesar 4,7% dan 11,2%. Sementara itu, investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) diperkirakan akan menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi yaitu sebesar 4,7%,” tulis Andry dalam keterangan resminya, dikutip Senin (5/8/2024).
Pertumbuhan PMTB yang lebih tinggi tersebut didorong oleh peningkatan penjualan semen untuk sektor properti. Sementra ekspor neto, diproyeksikan mengalami perbaikan pada kuartal II-2024.
(azr/lav)