Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Keragu-raguan pasar bahwa calon presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, bisa mengeksekusi kebijakan pro kripto, membuat harga Bitcoin drop di awal bulan bahkan berlangsung hingga Senin (5/8/2024) pagi waktu Indonesia.

Memulai penurunan 3,3% pada Kamis pagi (1/8/2024) ke level US$64.019,23 dan kini makin suram dan meninggalkan level US$60.000. Pasar yang ragu, melikuidasi token BTC dan hingga pukul 7.40 waktu Indonesia mencatatkan penurunan harga 5,9% dalam 24 jam terakhir dan bercokol pada kisaran harga US$57.261,74.

Mata uang kripto asli ini telah menjadi semacam proksi bagi peluang Donald Trump untuk kembali memimpin negera Adidaya itu dan berkantor ke Gedung Putih, setelah dirinya berjanji untuk menjadikan AS sebagai “ibu kota kripto planet ini dan negara adidaya Bitcoin.”

Kyle Doane, kepala perdagangan di Arca, mengatakan beberapa pelemahan Bitcoin baru-baru ini mungkin disebabkan oleh Kamala Harris yang “perlahan naik dalam jajak pendapat,” dilansir dari Bloomberg News.

Diketahui dalam sejumlah jajak pendapat Kamala Harris, calon lawan Trump mengalami lonjakan popularitas.

Jajak pendapat terakhir menunjukkan persaingan sengit antara Harris dan Trump di negara-negara bagian swing states, yang memberikan pengingat kepada pasar tentang risiko bertaruh pada peristiwa politik.

Beberapa minggu yang lalu, upaya pembunuhan dan keraguan atas usia Biden dipandang membantu Trump, yang terlihat merangkul kebijakan fiskal yang lebih longgar, tarif perdagangan yang lebih tinggi, dan peraturan keuangan yang lebih lunak jika ia kembali ke Gedung Putih.

“Kami telah melihat beberapa perdagangan Trump melonggarkan,” Neeraj Seth, kepala investasi dan kepala pendapatan tetap fundamental Asia Pasifik di BlackRock.

Peluang pemangkasan tingkat bunga oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memberikan pukulan ganda pada ‘Trump Trade’.

Selengkapnya tentang ‘Trump Trade’.

Pasar tidak hanya bereaksi terhadap prospek pemilu. Gubernur Fed Jerome Powell menyampaikan pada minggu ini bahwa bank sentral dapat menurunkan suku bunga pada bulan September. Hal yang turut mendorong investor untuk memilih Treasury dan meragukan dolar.

Sinyal Powell  tersebut kemungkinan akan mengganggu Trump, yang baru-baru ini mengatakan kepada Bloomberg Businessweek bahwa penurunan suku bunga “tidak boleh dilakukan.”

“Para investor telah belajar bahwa amat berisiko meremehkan perubahan lanskap politik dapat berubah dengan cepat. Hasil yang lebih mungkin terjadi, terutama dengan The Fed yang akan menurunkan suku bunga pada pertemuan berikutnya, adalah perdagangan yang terkait dengan politik AS akan tertidur hingga September berakhir,” jelas Garfield Reynolds, pimpinan MLIV Asia, mewakili Bloomberg Strategist.

Saham-saham kripto seperti Coinbase Global Inc, Marathon Digital Holdings Inc dan Riot Platforms Inc juga telah jatuh sejak keputusan Joe Biden tidak akan mencari masa jabatan kedua dan Partai Demokrat dan mendorong Kamala Harris.

‘Harris Trade’

Tak cuma Trump, Kamala Harris juga memiliki strategi kemenangannya  sendiri meski  sejauh ini tidak terlalu banyak dibicarakan.

Dengan ekspektasi bahwa ia akan mewarisi sikap kebijakan pemerintahan Presiden hoe Biden, para pengamat pasar menempatkan lebih banyak perhatian pada penggerak makro. 

“Kami akan mendukung posisi yang lebih bullish pada ekuitas Asia dengan basis unhedged jika Harris menang, karena Harris tidak mungkin menimbulkan guncangan inflasi yang besar pada ekonomi global,” kata Homin Lee, ahli strategi makro senior di Lombard Odier Singapore Ltd.

“Pendorong utama disinflasi yang sedang berlangsung di AS akan dipertahankan."”

Untuk abrdn Plc, Harris trade belum muncul karena belum jelas bagaimana komposisi Kongres AS nantinya. 

“Jika kita mendapatkan gelombang ‘biru’ di Kongres, kami memperkirakan Demokrat akan mendorong pemberlakuan kembali kredit pajak anak di era pandemi dan peningkatan pajak perusahaan,” kata Ray Sharma-Ong, kepala multi-asset investment solutions  Asia Tenggara di abrdn.

“Ini akan menjadi hambatan bagi laba perusahaan, dan pasar akan menyukai saham-saham dengan margin yang kuat.”

Bagi sebagian orang, masih terlalu dini untuk memainkan Harris trade. 

“Keunggulannya, untuk saat ini, bukan karena apa pun yang telah dia lakukan, melainkan karena tidak ada yang telah dilakukan atau diinisiasi, sehingga menyisakan ruang bagi optimisme untuk berkembang,” kata Hebe Chen, seorang analis di IG Markets di Melbourne.

-Dengan asistensi Winnie Hsu dan Carter Johnson dari Bloomberg News.

(wep)

No more pages