Para pengunjuk rasa juga meluncurkan gerakan ketidakpatuhan, mendesak warga untuk menahan pembayaran pajak atau tagihan listri dan meminta pekerja luar negeri untuk berhenti mengirim remitansi ke rumah, sebagai bagian dari kampanye nasional untuk menekan Hasina dan kabinetnya agar mundur.
Liga Awami yang berkuasa dan pendukungnya mengadakan pawai di seluruh negeri pada Minggu, berusaha mempertahankan posisi mereka melawan para pengunjuk rasa, menurut Sekretaris Jenderal partai tersebut, Obaidul Quader.
'Serangan Militan'
Kantor Hasina mendesak siswa dan orang tua untuk pulang, mengatakan "serangan militan" terjadi di beberapa bagian Bangladesh. "Pihak berwenang akan mengambil tindakan tegas terhadap para penyerang," kata kantor Hasina dalam pesan kepada media.
Kerusuhan ini berasal dari sistem kuota pekerjaan pemerintah yang kontroversial, dan demonstrasi memaksa pihak berwenang memberlakukan jam malam serta pemadaman internet seluler hampir total selama 11 hari berturut-turut di bulan Juli. Protes tersebut menyebabkan sekitar 200 orang tewas.
Jam malam dan penutupan internet diperkirakan berdampak US$10 miliar pada ekonomi dengan biaya yang diperkirakan akan terus meningkat, kata Zaved Akhtar, presiden Kamar Dagang dan Industri Investor Asing (Foreign Investors’ Chamber of Commerce and Industry/FCCI), akhir bulan lalu. FCCI mewakili investor dari 35 negara.
Hasina telah menawarkan untuk bertemu dengan koordinator protes dan memerintahkan pembebasan siswa yang ditahan saat kerumunan memadati jalan-jalan di Dhaka pada Sabtu. "Pintuku terbuka. Aku ingin duduk dengan para pengunjuk rasa dan mendengarkan mereka. Aku tidak ingin ada konflik," katanya.
(bbn)