Selain terungkit sentimen global, rupiah juga terbantu sentimen dalam negeri. Hari ini, dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK), Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal II diperkirakan sebesar 5% atau sedikit di atas 5%. "Keseluruhan tahun ini tumbuh 5%-5,2%," kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani menjelaskan sejumlah faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kuartal II 2024 antara lain adalah konsumsi rumah tangga dan investasi yang masih terjaga baik.
Tak hanya itu, ekspor barang diperkirakan meningkat, terutama ekspor produksi manufaktur dan ekspor sektor pertambangan. Hal ini terutama di dua negara tujuan yang sekarang memiliki peran makin besar, yaitu India dan China. "Kedua negara ini merupakan mitra dagang utama Indonesia, dan kita diuntungkan bahwa India memiliki pertumbuhan ekonomi yang sehat dan relatif tinggi," ujar Sri Mulyani.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menambahkan, bunga acuan BI rate masih dipertahankan di level saat ini meski mungkin ada ruang penurunan. Deflasi tiga bulan berturut-turut sepertinya belum akan mendorong BI menurunkan bunga acuan sebelum Federal Reserve, bank sentral AS, memulai siklus penurunan.
BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga alih-alih menurunkan itu karena fokus bank sentral untuk memitigasi risiko global. BI fokus untuk memantau rambatan kondisi ekonomi global pada stabilitas moneter, pasar keuangan dan nilai tukar. “Kami harus pastikan kondisi global terkendali dulu,” kata Perry.
(rui)