“Karena tujuannya sama, kami [Kemenkeu dan BI] bertanggung jawab untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, menjaga stabilitas inflasi, stabilitas nilai tukar, stabilitas sistem keuangan,” tutur Sri Mulyani.
Sebelum itu, BI menjelaskan alasan imbal hasil atau yield SRBI lebih besar ketimbang yield SBN. Hal ini berkaitan dengan mencegah keluarnya dana asing (outflow) dari Indonesia dalam jumlah besar dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Gubernur BI Perry Warjoyo mengatakan pada kuartal I-2024 terjadi anomali di pasar surat utang Amerika Serikat (AS). Imbal hasil atau yield yang diberikan US Treasury notes bertenor 2 tahun lebih tinggi dari yield US Treasury bond bertenor 10 tahun AS.
Saat itu, yield yang diberikan US Treasury notes mencapai 4,7% sementara US Treasury bond mencapai 4,4%. Dampak dari anomali ini adalah terjadinya aliran modal ke luar dari SBRI mencapai US$1,82 miliar pada kuartal I-2024.
US Treasury note dipengaruhi oleh suku bunga acuan AS atau fed fund rate yang bertahan dilevel 5,25% hingga 5,5%. Sementara US Treasury bond dipengaruhi jumlah utang AS. Adapun yield SRBI dikaitkan dengan US Treasury note.
“Untuk mencegah capital outflow suku bunga SRBI lebih tinggi dari SBN. Karena memang US Treasury note lebih tinggi dari US Treasury bond,” terang Perry dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Jumat (2/8/2024).
(azr/lav)