Pertama adalah emiten pertambangan batu bara Indo Tambangraya Megah (ITMG) yang akan menebar dividen sebesar US$ 474,63 juta (Rp 7,11 triliun). Dengan demikian, dividen yang jika dibagikan senilai Rp 6.416/saham.
Cum date pada pasar reguler jatuh pada Senin (10/4/2023) kemarin, dengan pembayaran akan dilakukan pada 18 April mendatang. Jika mencermati pada penutupan ketika masa cum date pada harga Rp 40.875/saham, maka dividend yield saham ITMG mencapai sebesar 15,7%.
Adapun sepanjang 2022, laba bersih ITMG meroket 152% menjadi senilai US$ 1,2 miliar (Rp 18,26 triliun), dari sebelumnya US$ 475,5 juta juta pada 2021. Peningkatan laba bersih ITMG didukung oleh pertumbuhan pendapatan bersih hasil penambangan batu bara.
Selanjutnya, ada emiten anak usaha Grup Astra PT United Tractors Tbk (UNTR) yang mengumumkan akan membagikan dividen senilai total Rp 25,45 triliun dari kinerja tahun buku 2022.
Dividen tersebut termasuk dividen interim Rp 2,99 triliun yang telah dibagikan pada Oktober 2022. Dengan begitu, sisanya Rp 6.185/saham atau berjumlah Rp 22,46 triliun akan dibagikan kepada pemegang saham UNTR dengan jadwal akan dibayarkan pada 12 Mei.
Menariknya, secara total keseluruhan nilai dividen tunai tersebut setara dengan 119% dari total laba bersih Perseroan sepanjang 2022 yang sebesar Rp 21 triliun. Artinya, dividen yang dibagikan nilainya melebihi laba bersih yang dihasilkan pada kinerja tahun lalu.
Kenaikan jumlah dividen yang dibagikan ini dilakukan manajemen UNTR karena didasari atas raihan profit UNTR yang juga sama baiknya. Bersamaan dari tingginya harga batu bara pada 2022.
Adapun tiga emiten batu bara kakap selanjutnya, masih menunggu jadwal Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST). Rapat akan digelar pada April dan Mei mendatang, diantaranya, PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Bayan Resources Tbk (BYAN).
Jika mencermati emiten PTBA, tahun lalu perseroan memutuskan membagi dividen setara 100% dari laba bersih tahun buku 2021. Maka, diproyeksikan total dividen yang akan dibagikan setara dengan keseluruhan raihan laba bersih tahun buku 2022.
Tahun lalu PTBA berhasil membukukan laba bersih Rp 12,56 triliun, pencapaian ini melesat 68% secara tahunan. PTBA juga mampu menghasilkan pendapatan Rp 42,64 triliun, yang didukung oleh pertumbuhan penjualan batu bara sebesar 45% secara tahunan.
Selanjutnya ada nama emiten ADRO, yang mana pada tahun lalu membagikan Dividend Payout Ratio (DPR) mencapai 70% dari laba tahun buku 2021 yaitu sebesar Rp 9,4 triliun.
Adapun tahun lalu ADRO mampu mencatatkan laba bersih tertinggi sepanjang sejarah, yakni mencapai Rp 38 triliun. Angka ini melesat 167% secara tahunan.
Maka, jika dikalkulasikan dengan rasio dividen sebelumnya. Adaro berpotensi membagikan dividen senilai total Rp 26,6 triliun.
Terakhir adalah emitenmilik konglomerat tambang batu bara Dato Low Tuck Kwong, Bayan Resources (BYAN). Dalam dua tahun terakhir BYAN membagikan dividen total dengan rasio mencapai di atas 80% dari total laba bersih.
Menelaah pencapaian sepanjang 2022, laba bersih BYAN melonjak 79% menjadi senilai US$ 2,17 miliar (Rp 33,7 triliun). Raihan pendapatan mencapai US$ 4,70 miliar (Rp 72,5 triliun), melesat 65%, efek dari peningkatan harga batu bara.
Dengan demikian, jika dihitung secara kasar menggunakan rasio dividen 80%. BYAN berpotensi membagikan dividen senilai total Rp 26,9 triliun.
Akan tetapi sebagai catatan, ketiga perhitungan emiten di atas merupakan proyeksi atau prakiraan berdasarkan data historis rasio dividen yang dibagikan oleh emiten. Selanjutnya investor dapat mencermati RUPS yang akan digelar perseroan untuk mengkonfirmasi besaran dividen yang dibagikan.
Disclaimer: artikel ini bukan ajakan dari Bloomberg Technoz untuk membeli saham tertentu. Semua risiko investasi yang dilakukan investor menjadi tanggungjawab secara mandiri.
(fad/wep)