Logo Bloomberg Technoz

Melansir dari situs webnya, pompanisasi sendiri merupakan program Kementan yang diklaim sebagai upaya atau solusi cepat dan tepat dalam menangani El Nino. Selain itu, dengan adanya pompanisasi ini diharapkan juga memberikan dampak positif terhadap pemenuhan target produksi untuk kebutuhan pangan nasional. Untuk itu pemerintah mengalokasikan anggaran ketahanan pangan pada 2024 sebesar Rp114,3 triliun.

Hal ini juga sejalan dengan perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi) medio Juni lalu kepada Kementan dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bekerja sama dengan TNI untuk memasang sekitar 20.000 pompa di sejumlah wilayah pusat produksi pangan.

Instruksi tersebut disampaikan untuk menjaga produksi pangan nasional di tengah iklim yang tak menentu seperti saat ini. Adapun pompa-pompa yang terpasang, ungkap Jokowi akan membawa air sungai naik ke atas untuk mengairi sawah di sejumlah daerah pusat produksi pangan.

Di samping meningkatkan produksi beras dalam negeri, Kepala Badan Pangan Nasional atau Bapanas (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyerukan kampanye menghentikan pemborosan komoditas pangan secara berkesinambungan.

"Waktunya kita bersama-sama meningkatkan produksi beras dalam negeri. Kampanye stop boros pangan [secara] paralel juga harus dilakukan," ujarnya saat dimintai konfirmasi, Kamis (1/8/2024).

Kampanye Stop Boros Pangan sendiri merupakan bagian dari ajakan Bapanas untuk tidak membuang-buang makanan, di mana mengutip dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Bappenas, Sisa dan Susut Pangan (SSP) terbesar di Indonesia terjadi di subsektor tanaman pangan terutama padi, diikuti oleh hortikultura (sayur dan buah-buahan).

Diberitakan sebelumnya, Direktur lembaga kajian Next Policy Yusuf Wibisono menyebut bahwa proyeksi impor yang diperkirakan mencapai 5,17 juta ton menjadi bukti ketahanan pangan nasional yang makin mengkhawatirkan. 

Berdasarkan Proyeksi Neraca Beras Nasional 2024 yang dimutakhirkan pada Mei 2024, Indonesia berpotensi mengimpor beras hingga 5,17 juta ton sepanjang 2024.

Realisasi impor beras pada Januari—April 2024 telah mencapai 1,77 juta ton, sedangkan rencana impor pada Mei—Desember 2024 adalah sebanyak 3,40 juta ton. Hal ini kian membuat kecenderungan kekhawatiran melebih target, di mana impor beras pada 2023 lalu mencapai 3,06 juta ton.

Tak berhenti di situ, menurutnya dengan proyeksi impor besar-besaran ini terjadi akibat jatuhnya produksi beras nasional tahun ini secara signifikan. Produksi beras pada Januari—Juli 2024 diperkirakan anjlok hingga 13,3%, atau setara 2,47 juta ton, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Selain itu, sejak 2018, produksi beras nasional menunjukkan kecenderungan penurunan yang persisten. "Bila pada 2018 produksi beras nasional masih mencapai 33,9 juta ton, pada 2023 turun menjadi hanya 30,9 juta ton."

Meski El Nino menjadi salah satu biang tingginya harga beras yang terjadi selama kurun waktu 3 tahun terakhir, tetapi Yusuf menilai masalah dalam kapasitas produksi beras nasional tidak hanya berkaitan dengan iklim dan cuaca yang tidak menentu, melainkan juga minimnya ketersediaan pupuk, jumlah petani yang makin menurun dan menua, hingga alih fungsi sawah yang semakin tidak terkendali.

(prc/ain)

No more pages