Logo Bloomberg Technoz

"Petani menjual [gabah] ke bandar, yang mana mereka bisa menekan harga rendah karena alasan masuknya impor," sambungya, 

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik, produksi padi sepanjang 2023 mengalami penurunan secara tahunan (year on year/yoy) sebesar 1,42% dari total produksi 2022 yang sebelumnya mencapai 54,4 juta ton menjadi 53,9 juta ton. Meski demikian, tingkat produktivitas padi secara yoy naik 0,88% begitu pula luas panen pada periode yang sama mengalami peningkatan hingga 0,39%.

Terkait harga beras di pasar yang masih kerap kali melambung tinggi walaupun impor beras oleh pemerintah telah sering kali dilakukan, Eliza menjelaskan bahwa untuk di pasar, harga beras lebih dikendalikan oleh pedagang-pedagang besar.

"Pemerintah impor beras itu untuk menjadi cadangan pangan pemerintah di Bulog. Beras tersebut akan dikeluarkan untuk stabilisasi pasar dengan harga jual yang murah. Ini tidak akan menyebabkan langsung menurunkan harga beras di level konsumen," terangnya. 

BPS juga melaporkan harga beras mengalami kenaikan, baik secara bulanan maupun tahunan. Hal itu terjadi karena periode panen raya yang terjadi pada April-Mei 2024 sudah berakhir. Harga beras di tingkat eceran tercatat naik 0,94% secara bulanan dan 12,65% secara tahunan.

Sementara di tingkat grosir, harga beras naik 1,03% (month to month/mtm) dan 14,15% yoy.

"Siklus tahunan terjadi setiap tahunnya, setelah selesai masa panen artinya jumlah pasokan di pasar mulai turun. Ini yang mendorong kenaikan harga beras," ungkap Plt Kepala BPS Amalia Adininggar dalam rilis bulanan BPS, Jakarta, Kamis (1/8/2024).

Lebih lanjut, harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani dilaporkan naik 5,28% (mtm) serta secara tahunan mengalami kenaikan 15,43%.

Sementara Gabah Kering Giling (GKG) mengalami kenaikan 4,49% secara bulanan atau 12,19% secara bulanan. Kenaikan harga beras, kata Amalia  juga dibarengi kenaikan GKP di tingkat petani yang telah melebihi harga pembelian pemerintah pada harga Rp6.000/kg.

Diberitakan sebelumnya, kekhawatiran atas proyeksi impor yang diperkirakan mencapai 5,17 ton tersebut, menurut Direktur lembaga kajian Next Policy Yusuf Wibisono, menjadi bukti ketahanan pangan nasional yang makin mengkhawatirkan. 

Berdasarkan Proyeksi Neraca Beras Nasional 2024 yang dimutakhirkan pada Mei 2024, Indonesia berpotensi mengimpor beras hingga 5,17 juta ton sepanjang 2024.

Realisasi impor beras pada Januari—April 2024 telah mencapai 1,77 juta ton, sedangkan rencana impor pada Mei—Desember 2024 adalah sebanyak 3,40 juta ton. Hal ini kian membuat kecenderungan kekhawatiran melebih target, di mana impor beras pada 2023 lalu mencapai 3,06 juta ton.

"Jika terealisasi, impor beras 5,17 juta ton pada 2024 ini akan menjadi rekor impor beras terbesar, melewati impor beras tahun 1999 yang mencapai 4,75 juta ton. Angka ini juga akan menjadikan Indonesia sebagai negara importir beras terbesar di dunia, mengalahkan Filipina yang rata-rata mengimpor beras sekitar 4 juta ton setiap tahunnya," ujar Yusuf dalam keterangan tertulisnya.

(prc/lav)

No more pages