Logo Bloomberg Technoz

Secara teknikal nilai rupiah sudah berada di rentang koreksi pertama di area Rp16.250-Rp16.280/US$, dengan support terkuat Rp16.310/US$.

Sementara trendline terdekat pada time frame daily menjadi resistance psikologis potensial pada level Rp16.200/US$. Kemudian, target penguatan optimis lanjutan untuk dapat menguat ke level Rp16.150/US$.

Selama nilai rupiah masih bertengger di atas Rp16.250/US$, maka masih ada potensi untuk lanjut melemah.

Sentimen pasar hari ini juga cenderung terbebani kewaspadaan para investor menanti data pasar tenaga kerja AS nanti malam. Pasar mengkhawatirkan bila kondisi pasar tenaga kerja di Negeri Paman Sam memburuk lebih cepat setelah tadi malam data klaim pengangguran melonjak tertinggi dalam setahun terakhir. Sedangkan aktivitas manufaktur AS juga terkontraksi pada Juli, terdalam dalam delapan bulan terakhir.

Meski sinyal pelemahan ekonomi itu bisa memberi ruang lebih luas pada Federal Reserve untuk memangkas bunga acuan, pasar juga masih khawatir bila pemburukan ekonomi AS berjalan lebih lanjut dan mengarah pada 'hard landing'. Itu yang membuat indeks saham Wall Street tadi malam ambles dan menyeret IHSG pagi ini.

Kontraksi manufaktur

Aktivitas manufaktur Indonesia jatuh ke zona merah alias terkontraksi, pertama kali sejak Agustus 2021, memberi sinyal buruk pada prospek kinerja korporasi di Tanah Air pada kuartal III-2024.

Berkaca pada data historis, terakhir kali indeks Purchasing Manager's Index (PMI) Indonesia turun di bawah angka 50, yang mengisyaratkan kontraksi atau tumbuh negatif, pada 2021 lalu, telah menyeret kinerja indeks saham yang menaungi saham-saham perusahan pilihan.

"Waspadai potensi pelemahan ekonomi yang bisa mempengaruhi pendapatan perusahaan pada kuartal III-2024. Terakhir kali PMI turun di bawah 50 bertepatan dengan penurunan indeks LQ45 hingga -12% dalam tiga bulan yakni periode Maret-Juli 2021 karena pasar memprediksi kinerja keuangan yang lebih lemah," kata Head of Research Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro dan Analyst Drewya Cinantyan dalam catatan yang diterima pagi ini.

PMI manufaktur Indonesia turun ke level 49,3 pada Juli dari tadinya di 50,7 pada bulan Juni. Ini menjadi pertama kalinya PMI manufaktur RI terjerembab ke zona kontraksi dalam tiga tahun terakhir. Para pelaku usaha (produsen) melaporkan kelesuan permintaan dari pasar domestik juga dari pasar ekspor.

(rui)

No more pages