Dia menjelaskan pertumbuhan negara dengan ekonomi terbesar, yakni Amerika Serikat (AS), posisinya resilient baik, terutama didorong oleh permintaan domestik. Hal ini meskipun secara statistik bulan terakhir menunjukkan perkembangan yang akan mempengaruhi arah kebijakan fiskal dan moneternya.
Sementara itu, negara dengan ekonomi terbesar kedua yaitu China, masih belum memiliki kinerja pertumbuhan ekonomi yang kuat. Terbukti, pada kuartal II 2024, pertumbuhan ekonomi hanya 4,7% atau lebih rendah dari target yang mencapai 5%.
"Hal itu disebabkan permintaan domestik di China, yang berarti konsumsi dan investasi masih lemah. Kondisi persoalan di sektor properti juga masih berlanjut tekanannya," tutur Sri Mulyani.
(lav)
No more pages