Logo Bloomberg Technoz

Citigroup memprediksi inflasi domestik diprediksi akan melandai ke 3% pada September nanti. Adapun neraca pembayaran diprediksi akan semakin kuat sejalan dengan aliran modal asing di pasar portofolio pada semester dua tahun ini.

Aliran modal asing ke Indonesia terdorong oleh inflasi yang sudah rendah dan prospek ekonomi yang stabil, menurut analis. Adapun defisit fiskal tahun ini akan melandai di kisaran 1,9% dari PDB dari sebelumnya sebesar 2,5%. Sebagai konsekuensi, BI mungkin harus melepaskan kepemilikan obligasi (Surat Berharga Negara/SBN) hingga Rp 150 triliun untuk memenuhi kelebihan permintaan di pasar obligasi.

Mengungkit Konsumsi

Prediksi pengguntingan bunga oleh Bank Indonesia bukan kali pertama dilontarkan oleh analis. Ekonom Bloomberg Economics Tamara Henderson juga melihat bank sentral memiliki peluang menurunkan bunga acuan tahun ini terutama bila penguatan nilai tukar rupiah terus bertahan. 

“Skenario dasar kami adalah BI mempertahankan bunga acuan di level 5,75% pada kuartal I-202 hingga akhirnya berbalik arah di akhir tahun dengan pemangkasan sebesar 50 bps ke 5,25%,” tulis Henderson.

Sebelumnya, ekonom senior Raden Pardede juga memberi pandangan serupa. Dalam Rapat Dengar Pendapat dengan DPR pekan lalu, Raden melihat inflasi yang sudah cukup rendah sebenarnya memberi alasan yang cukup bagi bank sentral untuk berbalik arah alias memangkas bunga.

"Ada potensi kita untuk menurunkan suku bunga bisa secara gradual dari 5,75% sekarang. Bisa saja di semester II kita melakukan penurunan sekitar 50 bps, baru kemudian di 2024 bisa turun lagi 50 bps dan kemudian di 2025 kalau inflasinya bisa kita kontrol maka kita bisa melakukan penurunan lagi di situ," terang Raden.

Bunga acuan yang lebih rendah dapat membantu mendorong pemulihan konsumsi rumah tangga yang sejauh ini masih belum mampu kembali ke tingkat seperti sebelum pandemi.

Namun Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memiliki pandangan berbeda. Menurutnya, BI belum akan terburu-buru berbalik arah memangkas bunga tahun ini. Prediksi ekonom, BI baru akan memangkas bunga pada 2024.  

“Ketidakpastian global masih tinggi. Selain itu, Federal Reserve [bank sentral Amerika] dalam rapat FOMC bulan lalu mengindikasikan dalam outlook-nya, ruang pemangkasan bunga acuan FFR adalah pada 2024. Melihat itu, saya kira BI tidak akan terburu-buru memangkas bunga acuan,” jelas Faisal beberapa waktu lalu.

Selain itu, meski inflasi sudah berada dalam tren menurun tapi sebenarnya posisinya masih di atas sasaran target 2%-4%. BI dalam pernyataan terakhir menyebut, inflasi tahunan (IHK) diperkirakan akan terjangkar di kisaran target pada semester II tahun ini. Adapun konsumsi masyarakat, diprediksi akan bangkit didukung inflasi yang semakin landai dan tidak ada lagi pembatasan aktivitas alias PPKM. 

- dengan bantuan laporan Grace Sihombing dari Bloomberg News

(rui)

No more pages