Saat harga minyak nabati pesaing turun, maka keuntungan menggunakan CPO akan berkurang.
Faktor kedua yang membebani laju harga CPO adalah penguatan nilai tukar mata uang ringgit Malaysia. Kemarin, ringgit menguat 0,56% terhadap dolar AS.
Bahkan ringgit sedang dalam tren positif. Dalam sepekan terakhir, mata uang Negeri Harimau Malaya terapresiasi 2,02% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, penguatannya mencapai 3,18%.
CPO adalah aset yang dibanderol dalam ringgit. Saat ringgit menguat, CPO jadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan CPO akan berkurang, sehingga harga mengikuti.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), CPO masih tersangkut di zona bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 46,26. RSI di bawah 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Namun, perlu diperhatikan bahwa indikator Stochastic RSI berada di 19,52. Di bawah 20, yang berarti tergolong jenuh jual (oversold).
Dengan demikian, harga CPO berpeluang bangkit. Syaratnya adalah melompati pivot point di MYR 3.906/ton. Jika berhasil, maka target resisten MYR 3.921-3.939/ton akan terkonfirmasi.
Sedangkan target support terdekat adalah MYR 3.862/ton. Penembusan di titik ini akan membawa harga CPO turun lagi menuju MYR 3.851/ton.
(aji)