Logo Bloomberg Technoz

Kontraksi Manufaktur RI Diproyeksi Lanjut hingga 1—2 Bulan Lagi

Pramesti Regita Cindy
01 August 2024 17:10

Botol Produk perawatan kulit Citra Unilever NV di sepanjang lini produksi di pabrik perusahaan di Cikarang, Rabu (14/11/2012). (Dadang Tri/Bloomberg)
Botol Produk perawatan kulit Citra Unilever NV di sepanjang lini produksi di pabrik perusahaan di Cikarang, Rabu (14/11/2012). (Dadang Tri/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengestimasikan penurunan kinerja manufaktur Indonesia pada Juli 2024, yang terefleksi dalam capaian Purchasing Managers' Index (PMI) S&P Global, masih akan terus berlanjut.

Menurutnya, PMI manufaktur Indonesia diperkirakan masih akan berada di sekitar angka 49 sampai 51 dalam 1—2 bulan ke depan, yang merupakan titik terendahnya.

Sekadar catatan, indeks PMI diukur dengan angka 50 sebagai penanda zona ekspansi. Bila di angka 50 atau di atasnya, maka aktivitas manufaktur masih ekspansif atau bertumbuh positif. Sebaliknya bila di bawah 50, artinya aktivitas turun atau terkontraksi (tumbuh negatif). Pada Juli, PMI Indonesia adalah 49,3.

"Karena pemulihan ekonomi masyarakat itu enggak terjadi di kelas menengah bawah. Saya kira ini juga sebabnya karena inflasi pangan, kemudian tidak ada penciptaan lapangan kerja yang besar," kata Tauhid, Kamis (1/8/2024). 

Astra Honda Motor (AHM). (Dok. astra-honda.com)

Untuk itu, dia menilai dampak inflasi pangan dan kurangnya penciptaan lapangan kerja menjadi faktor yang menghambat pemulihan ekonomi. Walhasil, lambat laun akan terjadi penurunan daya beli masyarakat yang berujung pada sepinya pusat-pusat perbelanjaan dan menurunnya permintaan barang-barang industri.