PMI Manufaktur Kontraksi, Pemburukan PHK Kian Tak Terelakkan
Pramesti Regita Cindy
01 August 2024 17:00
Bloomberg Technoz, Jakarta - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menekankan bahwa konsekuensi dari penuruan kinerja manufaktur Indonesia, yang tecermin dalam Purchasing Managers' Index (PMI) S&P Global, adalah pemburukan badai pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat kinerja industri yang mandek.
Penurunan PMI manufaktur pada Juli sekaligus menjadi alarm bahwa terjadi koreksi permintaan produk-produk manufaktur buatan Indonesia. Walhasil, pelaku industri harus melakukan upaya penyesuaian untuk tetap bertahan.
"Sehingga industri, mau tidak mau mengurangi barang yang bisa diproduksi dan dijual, begitu. Nah, konsekuensi dari ini tentu saja bagi industri yang pertama, yang terbesar mereka harus mengurangi pembelian bahan-bahan, alat baku," jelas Tauhid, Kamis (1/8/2024).
"Kedua, mengurangi utilitas mesin-mesin produksinya. Ketiga, dilakukan efisiensi. Kalau [PMI] ini sampai dua bulan, atau tiga bulan [turun terus], nah itu yang bahaya," sambungnya.
'Bahaya' yang dia maksud adalah risiko gelombang efisiensi industriawan berupa keputusan pemutusan hubungan kerja (PHK). "Konsekuensi dari PMI turun, mereka harus lakukan efisiensi. Salah satunya PHK. Jadi, itu akan sejalan. Nah, dua-duanya akan sejalan [baik] kalau usaha ekonomi itu akan pulih," tekannya.