"Hasil triwulanan tidak mengejutkan, namun ada ekspektasi bahwa Toyota akan menaikkan proyeksi setahun penuh," ujar analis otomotif senior Bloomberg Intelligence, Tatsuo Yoshida. "Hal ini bergantung pada hasil kuartal kedua, namun ada kemungkinan besar akan direvisi pada paruh pertama tahun fiskal."
Pendapatan untuk kuartal terakhir naik 12% menjadi ¥11,8 triliun. Untuk tahun fiskal, Toyota mempertahankan proyeksi pendapatannya tetap sama, yaitu ¥46 triliun.
Minggu ini, Toyota mendapatkan perintah korektif yang pertama kalinya dari Kementerian Transportasi Jepang, setelah investigasi pemerintah menemukan bahwa beberapa model mobilnya tidak diuji dengan benar untuk produksi massal.
Perintah tersebut merupakan perkembangan terbaru dari serangkaian perilaku curang yang dimulai dari sepasang anak perusahaan Toyota setengah tahun yang lalu, kemudian bulan lalu di produsen mobil itu sendiri.
Meskipun keuntungan terlihat di jalur yang benar, ada tanda-tanda kelemahan yang mendasarinya. Penjualan global produsen mobil ini turun 4,7% menjadi 5,2 juta dalam enam bulan pertama tahun 2024, yang paling menonjol di Jepang dan China. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh penarikan besar-besaran terhadap Prius dan model lainnya, serta persaingan ketat dari produsen mobil listrik seperti BYD Co.
Toyota telah berjanji untuk menjual 1,5 juta mobil listrik bertenaga baterai setiap tahun pada tahun 2026, dan 3,5 juta pada tahun 2030. Ketika ditanya apakah rebound baru-baru ini pada mobil hibrida mungkin memerlukan atau membenarkan pergeseran strategi, Toyota mengatakan bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk melakukannya pada saat ini.
"Dibandingkan dengan tahun lalu, situasinya sama sekali berbeda sekarang," ujar Masahiro Yamamoto, CEO dari grup akuntansi tersebut kepada para wartawan. "Kami tidak tahu seperti apa keadaannya setahun dari sekarang."
Harga saham Toyota turun sekitar 9% pada perdagangan sore hari di Tokyo, sejalan dengan aksi jual yang lebih luas di Bursa Efek Tokyo. Saham-saham perusahaan Jepang turun karena para pedagang bersiap-siap untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Bank of Japan (BOJ), sehari setelah BOJ menaikkan suku bunga menjadi sekitar 0,25% pada Rabu (31/7/2024).
"Para investor harus memperhitungkan risiko yen yang lebih kuat di masa mendatang," karena BOJ bergerak untuk menormalkan pelonggaran moneternya, ujar Takehiko Masuzawa, kepala perdagangan ekuitas di Phillip Securities Jepang.
Dengan tekanan ke bawah dari pergerakan mata uang dan aksi jual dalam ekuitas Jepang, ia menambahkan bahwa sulit untuk membeli saham kecuali pendapatannya terlihat menguntungkan.
(bbn)