Logo Bloomberg Technoz

Makin Banyak Pabrik Tidak Perpanjang Kontrak Karyawan, PHK Marak

Ruisa Khoiriyah
01 August 2024 15:10

Aktivitas pekerja di pabrik Frisian Flag Indonesia (FFI) di Cikarang, Jawa Barat, Selasa (2/7/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Aktivitas pekerja di pabrik Frisian Flag Indonesia (FFI) di Cikarang, Jawa Barat, Selasa (2/7/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Laporan S&P Global yang dirilis hari ini menunjukkan tekanan tengah dihadapi oleh para pemilik usaha yang berimbas tidak kecil pada terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) terutama di kalangan karyawan tidak tetap atau buruh kontrak.

Hasil kajian S&P Global terhadap perusahaan-perusahaan manufatur di Indonesia mencatat, pada Juli lalu terjadi penurunan output (produksi) dan angka pesanan baru. Perusahaan manufaktur juga banyak yang memilih mengurangi jumlah karyawan untuk ketiga kalinya dalam empat bulan bulan terakhir.

PMI manufaktur indeks Indonesia turun ke zona kontraksi di 49,3 pada Juli dari posisi 50,7 di bulan sebelumnya. Meski angka kontraksi kecil, penurunan ke zona kontraksi itu menjadi yang pertama kali sejak Agustus 2021 ketika pandemi masih merebak.

Perusahaan manufaktur di Indonesia melaporkan bahwa permintaan pasar saat ini tengah lesu dan menjadi faktor utama yang mendorong penurunan penjualan untuk pertama kali dalam setahun terakhir. 

Ilustrasi Pabrik Tekstil. (Dimas Ardian/Bloomberg)

S&P mencatat, terdapat beberapa bukti bahwa meski terjadi penurunan produksi secara keseluruhan, sektor manufaktur terus menghasilkan kelebihan output pada Juli. Persediaan barang meningkat signifikan untuk kelima kali dalam enam bulan terakhir.