Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta Perekonomian Indonesia dinilai sangat rawan terpapar efek negatif risiko kenaikan harga minyak dunia, khususnya Brent, bila ketegangan geopolitik Timur Tengah mengarah ke perang terbuka antara Palestina dan Israel usai terbunuhnya salah seorang pemimpin Hamas; Ismail Haniyeh. 

Dalam kaitan itu, kalangan ekonom memproyeksikan harga minyak acuan Brent berpotensi merangkak naik ke US$90/barel jika aksi retaliasi dari Palestina dan sekutunya termanifestasi. Walhasil, sejumlah efek lanjutan akan menerpa Indonesia; mulai dari pelemahan nilai tukar rupiah hingga peningkatan inflasi. 

Ekonom Senior/Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto mengatakan pelemahan rupiah bisa terjadi karena Indonesia harus merogoh kocek lebih dalam untuk melakukan impor minyak yang terjadi dalam mata uang dolar Amerika Serikat (AS).  

“Kita masih menggunakan bahan bakar minyak [BBM], yang sebagian harus impor yang menggunakan dolar. Itu nanti membuat rupiah kita tertekan. Efeknya ke sana karena Pertamina harus beli minyak,” ujar Ryan saat dihubungi, Kamis (1/8/2024). 

Perbandingan harga minyak

Sekadar catatan, rupiah spot dibuka turun tipis di Rp16.263/US$ pada hari ini, Kamis (1/8/2024), lebih lemah dibandingkan dengan posisi penutupan hari sebelumnya di Rp16.260/US$.

Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam laporan bertajuk Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Impor Mei 2024, volume impor minyak mentah Indonesia sebesar 6,47 juta ton pada Januari hingga Mei 2024.

Bila harga minyak mengalami kenaikan, Ryan mengatakan, maka imported inflation berpotensi meningkat yang dikhawatirkan membuat inflasi Indonesia naik.

Dengan demikian, Bank Indonesia (BI) diproyeksikan bakal menunda penurunan suku bunga acuan BI Rate dari level pada Juli 2024 sebesar 6,25%.

Sebelumnya, padahal, bank sentralmembuka peluang penurunan BI Rate akan berlangsung pada kuartal IV-2024. Hal ini bergantung pada perkembangan data ekonomi Amerika Serikat (AS), seperti suku bunga kebijakan Fed Fund Rate (FFR), imbal hasil obligasi AS atau yield US Treasury, dan pergerakan dolar AS.

“Iya, BI paling pilihannya menahan dulu, belum akan menurunkan, makanya istilahnya higher for longer,” ujarnya.

Indonesia sebagai net importir minyak memang menjadi negara yang tidak diuntungkan dengan adanya kenaikan harga minyak. Dengan demikian, Ryan mengatakan Indonesia harus mulai melakukan penghematan dalam penggunaan sumber energi yang berasal dari BBM.

“Kemudian mendorong juga pemerintah bersama industri untuk kita menggeser ketergantungan kita kepada BBM ini ke ini mobil listrik atau electric vehicle. Apapun konsekuensinya ya, memang kita harus kesana,” ujarnya.

Untuk diketahui, Hamas sudah bersumpah akan membalas Israel atas kematian pemimpin mereka. Selain itu, pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyatakan telah memerintahkan serangan langsung terhadap Israel sebagai balasan atas pembunuhan.

Menurut laporan New York Times, mengutip tiga pejabat Iran yang tidak disebutkan identitasnya, Khamenei memberikan perintah tersebut dalam sebuah pertemuan darurat Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran pada Rabu (31/07/2024) pagi.

Apalagi, perang terbuka biasanya mengincar kepentingan strategis dari negara yang diincar, seperti melakukan penyerangan terhadap sumur-sumur minyak. Dengan demikian, pasokan bakal makin terganggu.

Adapun, Brent untuk pengiriman Oktober naik 0,8% menjadi US$81,52 per barel pada pukul 9:43 pagi hari ini di Singapura. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September juga naik 1% menjadi US$78,68/barel.

(dov/wdh)

No more pages