Logo Bloomberg Technoz

Impor BBM Indonesia Makin Rentan Jebol, Imbas Isu Retaliasi Hamas

Dovana Hasiana
01 August 2024 12:00

Terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) Tuban. (Dok. Pertamina)
Terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) Tuban. (Dok. Pertamina)

Bloomberg Technoz, Jakarta Perekonomian Indonesia dinilai sangat rawan terpapar efek negatif risiko kenaikan harga minyak dunia, khususnya Brent, bila ketegangan geopolitik Timur Tengah mengarah ke perang terbuka antara Palestina dan Israel usai terbunuhnya salah seorang pemimpin Hamas; Ismail Haniyeh. 

Dalam kaitan itu, kalangan ekonom memproyeksikan harga minyak acuan Brent berpotensi merangkak naik ke US$90/barel jika aksi retaliasi dari Palestina dan sekutunya termanifestasi. Walhasil, sejumlah efek lanjutan akan menerpa Indonesia; mulai dari pelemahan nilai tukar rupiah hingga peningkatan inflasi. 

Ekonom Senior/Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto mengatakan pelemahan rupiah bisa terjadi karena Indonesia harus merogoh kocek lebih dalam untuk melakukan impor minyak yang terjadi dalam mata uang dolar Amerika Serikat (AS).  

“Kita masih menggunakan bahan bakar minyak [BBM], yang sebagian harus impor yang menggunakan dolar. Itu nanti membuat rupiah kita tertekan. Efeknya ke sana karena Pertamina harus beli minyak,” ujar Ryan saat dihubungi, Kamis (1/8/2024). 

Perbandingan harga minyak

Sekadar catatan, rupiah spot dibuka turun tipis di Rp16.263/US$ pada hari ini, Kamis (1/8/2024), lebih lemah dibandingkan dengan posisi penutupan hari sebelumnya di Rp16.260/US$.