Logo Bloomberg Technoz

Penjualan Mobil Loyo Saat Ekonomi Lesu, Insentif PPnBM Solutif?

Pramesti Regita Cindy
01 August 2024 11:30

Pengunjung melihat mobil yang dipamerkan dalam ajang GIIAS 2024 di ICE BSD, Sabtu (27/7/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Pengunjung melihat mobil yang dipamerkan dalam ajang GIIAS 2024 di ICE BSD, Sabtu (27/7/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Akademisi dan pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu menilai wacana penerapan pajak penjualan atas barang mewah ditanggung pemerintah (PPnBM DTP) belum tentu dapat mendongkrak daya beli masyarakat untuk membeli produk otomotif, khususnya kendaraan roda empat.

Dia menjelaskan daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah, masih stagnan. Berbanding terbalik, harga mobil makin naik seirama dengan tren penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) serta suku bunga Bank Indonesia (BI).

"Jadi penerapan [bebas] PPnBM belum tentu secara langsung mendongkrak daya beli masyarakat untuk lini otomotif, terutama saat daya beli kelas menengah stagnan dan harga mobil naik akibat kenaikan nilai tukar dolar AS serta suku bunga BI," ujar Yannes saat dihubungi, Kamis (1/8/2024).

Pengunjung melihat mobil Lexus yang dipamerkan dalam ajang GIIAS 2024 di ICE BSD, Sabtu (27/7/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Dampak PPnBM

Yannes menggarisbawahi penerapan PPnBM tetap bisa berperan penting ke sejumlah aspek. Secara ekonomis, PPnBM dapat menjadi sumber pendapatan negara yang signifikan untuk membantu mengendalikan impor kendaraan.