Tantangan lain dalam mengembangkan ekonomi digital yakni kehadiran regulasi yang adaptif dan melindungi. Selanjutnya, peningkatan inklusi keuangan.
"Seperti QR code yang didukung Dewan Nasional Keuangan Inklusif dan kolaborasi dengan pihak ketiga seperti strive dan martercard, dan berbagai program lain," sebut Airlangga.
Selain itu, perlu ada dukungan penuh bagi perusahaan rintisan atau startup dan usaha menengah, kecil dan mikro (UMKM). Selanjutnya, tantangan ekonomi digital berupa inovasi dan investasi teknologi baru.
Menurut dia, langkah akselerasi digital menjadi fokus untuk inovasi dan investasi ke depan melalui dua hal. Pertama, hilirisasi dari semikonduktor. Airlangga mengklaim Indonesia dipilih oleh Amerika Serikat (AS) dalam Indopacific Frame Work untuk masuk dalam 7 negara yang menjadi prioritas memperoleh pendanaan semi konduktor.
Kedua, hadirnya ekosistem kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk meningkatkan aktivitas riset dan pengembangan.
"Pemerintah juga meluncurkan strategi ekonomi digital. Ini diharapkan bisa berkontribusi meningkatkan sektor digital 20% terhadap produk domestik bruto dalam 10 tahun ke depan," tutur Airlangga.
(lav)