Logo Bloomberg Technoz

Waspada, Keterpurukan Manufaktur RI Bisa Jatuhkan Indeks Saham

Ruisa Khoiriyah
01 August 2024 11:40

Aktivitas pekerja di pabrik Frisian Flag Indonesia (FFI) di Cikarang, Jawa Barat, Selasa (2/7/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Aktivitas pekerja di pabrik Frisian Flag Indonesia (FFI) di Cikarang, Jawa Barat, Selasa (2/7/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Aktivitas manufaktur Indonesia yang jatuh ke zona merah alias terkontraksi, pertama kali sejak Agustus 2021, memberi sinyal buruk pada prospek kinerja korporasi di Tanah Air pada kuartal III-2024.

Berkaca pada data historis, terakhir kali indeks Purchasing Manager's Index (PMI) Indonesia turun di bawah angka 50, yang mengisyaratkan kontraksi atau tumbuh negatif, pada 2021 lalu, telah menyeret kinerja indeks saham yang menaungi saham-saham perusahan pilihan.

"Waspadai potensi pelemahan ekonomi yang bisa mempengaruhi pendapatan perusahaan pada kuartal III-2024. Terakhir kali PMI turun di bawah 50 bertepatan dengan penurunan indeks LQ45 hingga -12% dalam tiga bulan yakni periode Maret-Juli 2021 karena pasar memprediksi kinerja keuangan yang lebih lemah," kata Head of Research Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro dan Analyst Drewya Cinantyan dalam catatan yang diterima pagi ini.

PMI manufaktur Indonesia turun ke level 49,3 pada Juli dari tadinya di 50,7 pada bulan Juni. Ini menjadi pertama kalinya PMI manufaktur RI terjerembab ke zona kontraksi dalam tiga tahun terakhir. Para pelaku usaha (produsen) melaporkan kelesuan permintaan dari pasar domestik juga dari pasar ekspor.

Output dan pesanan baru dari dalam negeri menurun, sementara pesanan baru dari pasar ekspor terbebani oleh gangguan pasokan pada jalur pelayaran global.