Bila friksi militer atau perang terbuka terjadi, kata Ryan, jalur-jalur transportasi kapal tanker pembawa minyak telak akan terganggu. Bukan hanya itu, perang terbuka juga berpotensi mengganggu operasional produksi minyak.
Sekadar catatan, Hamas sudah bersumpah akan membalas Israel atas kematian pemimpin mereka. Selain itu, pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyatakan telah memerintahkan serangan langsung terhadap Israel sebagai balasan atas pembunuhan.
Menurut laporan New York Times, mengutip tiga pejabat Iran yang tidak disebutkan identitasnya, Khamenei memberikan perintah tersebut dalam sebuah pertemuan darurat Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran pada Rabu (31/07/2024) pagi.
Pemimpin tertinggi negara itu telah mengancam pembalasan secara terbuka dengan bahasa yang berapi-api tetapi dapat diprediksi. Membaca pernyataan di televisi pemerintah, dia mengatakan Iran memiliki "kewajiban untuk membalas" dan bahwa Israel harus menghadapi "hukuman berat."
Apalagi, perang terbuka biasanya mengincar kepentingan strategis dari negara yang diincar, seperti melakukan penyerangan terhadap sumur-sumur minyak. Dengan demikian, pasokan bakal makin terganggu.
Rekam Historis
Secara historis, kata Ryan, ketegangan geopolitik seperti ini –yang diikuti aksi balasan secara milier – bakal mengerek harga minyak hingga ke level US$85/barel hingga US$90/barel.
Dalam kondisi normal, Ryan mengatakan harga Brent hingga akhir tahun padahal hanya berada pada kisaran US$82/barel hingga US$84/barel.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober naik 0,8% menjadi US$81,52 per barel pada pukul 9:43 pagi hari ini di Singapura. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September juga naik 1% menjadi US$78,68/barel.
(dov/wdh)