Rizal tidak menampik hal tersebut seharusnya memang bisa menjadi penentu harga dalam nikel. Namun, saat ini sudah ada Shanghai Metals Market (SMM) yang lebih berperan karena produk nikel Indonesia mayoritas diekspor ke China.
“Sama seperti bursa minyak kelapa sawit [crude palm oil/CPO] yang lebih ditentukan oleh bursa sawit di Malaysia,” ujarnya.
Rencana membuat bursa bursa logam sendiri pertama kali diungkapkan oleh Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI).
Sekretaris Umum APNI Meidy Katrin Lengkey mengatakan rencana tersebut sudah dikoordinasikan dengan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), serta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Sejauh ini, kata Meidy, rencana tersebut mendapatkan respons yang positif dari kementerian/lembaga terkait. Dia pun berharap bursa ini bisa direalisasikan pada pemerintahan baru era Prabowo Subianto.
“Tinggal konsep sistemnya apa dahulu, kita masih hitung formulasinya. Kayak HPM [harga patokan mineral] lah, menyusun formulasi tidak gampang ya. Kita harus mikir market, demand, buyer, political issue. Kita juga butuh expert yang memang sudah paham dalam perhitungan metal exchange ini,” ujar Meidy saat ditemui di Jakarta Pusat, dikutip Selasa (30/7/2024).
(dov/wdh)