Bloomberg Technoz, Jakarta - Untuk pertama kali sejak pandemi, aktivitas manufaktur Indonesia mengalami kontraksi alias pertumbuhan negatif.
S&P Global mengumumkan, indeks manufaktur Purchasing Manager's Index (PMI) Indonesia pada bulan Juli turun ke zona kontraksi di 49,3, dari posisi 50,7 di bulan Juni.
Indeks Juli tersebut menjadi yang terendah sejak Agustus 2021, ketika perekonomian Indonesia mati suri akibat terjangan pagebluk.
Indeks produksi (output) terperosok ke 48,8 pada Juli, dibandingkan 51,4 pada bulan Juni. Sementara pemesanan baru juga jatuh ke level terendah sejak Agustus 2021.
"Perlambatan pasar secara umum mendukung memburuknya kondisi operasi selama Juli, dengan angka pesanan baru menurun dan produksi juga turun untuk pertama kalinya dalam lebih dua tahun terakhir. Para produsen melakukan kehati-hatian dengan aktivitas pembelian yang berkurang dan penurunan lapangan kerja pada tingkat tercepat sejak September 2021," kata Paul Smith, Economics Director di S&P Global Market Intelligence dalam pernyataan yang dirilis hari ini.
Kendala pasokan menambah kesulitan perusahaan dengan rata-rata waktu tunggu yang semakin panjang, terimbas tantangan dalam pelayaran. "Namun, ada harapan bahwa pertumbuhan akan kembali segera dengan perusahaan-perusahaan di Indonesia berada pada tingkat keyakinan tertinggi sejak Februari di tengah harapan bahwa penjualan dan kondisi pasar akan membaik," kata Paul.
Survei yang dilakukan pada Juli terhadap perusahaan manufaktur di RI mengungkapkan kemerosotan dalam produksi barang. Output dan pesanan baru juga sedikit menurun, sementara perusahaan memilih untuk mengurangi jumlah karyawan untuk ketiga kalinya dalam empat bulan terakhir tahun ini.
Kendala pasokan disebut sebagai salah satu faktor utama yang membatasi aktivitas manufaktur di Indonesia. Di sisi lain, inflasi harga input melemah akan tetapi biaya output naik dengan laju lebih kuat.
Meski hanya mengindikasikan kontraksi marginal, demikian tulis S&P Global, ini menjadi pertama kali PMI Indonesia merosot ke zona negatif, pertama sejak Agustus 2021. "Penurunan PMI pada Juli mencerminkan penurunan output dan pesanan baru secara bersamaan. Para panelis melaporkan, permintaan pasar di Indonesia saat ini sedang lesu dan menjadi faktor utama yang mendorong penurunan penjualan untuk pertama kalinya dalam setahun terakhir," kata S&P Global.
Penjualan ekspor baru menurun meski pada tingkat lebih rendah dan sebagian adalah imbas dari keterlambatan pengiriman akibat masalah pada rute pelayaran global.
Sebagai informasi, indeks diukur dengan angka 50 sebagai penanda zona ekspansi. Bila di angka 50 atau di atasnya, maka aktivitas manufaktur masih ekspansif atau bertumbuh positif. Sebaliknya bila di bawah 50, artinya aktivitas turun atau terkontraksi (tumbuh negatif).

(rui)