Logo Bloomberg Technoz

RI Butuh Minimal Rp16 Triliun untuk Industri Daur Ulang Baterai

Dovana Hasiana
31 July 2024 13:30

Pabrik baterai di China. (Dok: Bloomberg)
Pabrik baterai di China. (Dok: Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Relith —perusahaan rintisan yang berfokus pada industri daur ulang baterai — memproyeksikan Indonesia setidaknya akan membutuhkan US$500 juta—US$1 miliar (sekitar Rp8,14 triliun hingga Rp16,29 triliun asumsi kurs saat ini) untuk membangun pabrik daur ulang yang dapat mengolah 10.000 baterai bekas. 

Founder & CEO Relith Agung Nugroho menggarisbawahi proses daur ulang baterai kelak harus dilakukan di Tanah Air dengan mengurai komponen yang ada, untuk kembali menghasilkan mineral kritis seperti litium, nikel, dan kobalt yang baru dan layak pakai.

Agung mengatakan proses daur ulang bisa dilakukan terhadap semua jenis baterai jenis litium-ion, mulai dari baterai untuk EV hingga barang elektronik seperti telepon seluler dan komputer jinjing.

“Baterai yang sudah jadi, dipakai, lama-lama soak, itu berarti komponennya sudah berbeda dan harus diuraikan lagi, dijadikan komponen-komponen awal [yaitu] litium yang baru, nikel yang baru, kobalt yang baru, dan bisa dipakai untuk bikin baterai lagi,” ujar Agung saat ditemui di Jakarta Pusat, dikutip Rabu (31/7/2024). 

Baterai untuk mobil listrik produksi LG Energy Solution. (Dok: Bloomberg)

Isu Kapasitas