Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta Ketua Umum Asoiasi Pengusaha Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja menjelaskan tren mengecilnya ukuran mal di Indonesia dapat berpengaruh terhadap tingginya minat masyarakat untuk mengunjungi tenant pusat perbelanjaan.

Hal ini sekaligus menjawab laporan konsultan properti Cushman & Wakefield Indonesia yang menyebut pusat perbelanjaan baru di Indonesia kini menjadi lebih mengecil dan fokus pada tema tertentu.

"Saya kira tidak bisa digeneralisasi seperti itu. Kenapa? Karena kalau di kota besar, sekarang customer itu memerlukan experience, memerlukan customer journey," jelas Alphonzus dalam paparannya di Kementerian Perdagangan, dikutip Rabu (31/7/2024).

Dengan demikian, Alphonzus menekankan pengalaman konsumen dapat dirasakan melalui dua hal, yakni; konsep gedung dan juga tingkat minat secara campuran. Dia mencontohkan mal Kota Kasablanka (Kokas) yang ramai pengunjung berkat mixed tenant yang kuat dan beragam. 

Pengunjung beraktivitas di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta Barat, Minggu (14/4/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Hal ini, menurutnya, sulit dicapai jika ukuran mal terlalu kecil. Namun, dia menggarisbawahi, di luar kota besar, ukuran yang lebih kecil masih dapat diterima, karena disesuaikan dengan pasar dan populasi setempat.

"Jadi kalau ada mal misalkan di Pangkalan Bun, di Kalimantan, ya tentunya malnya tidak bisa besar, malnya harus kecil. Mau besar pun market-nya tidak ada, populasinya tidak cukup. Jadi saya kira tidak bisa digeneralisasi, jadi harus dilihat posisi malnya di mana," tegasnya.

Untuk diketahui, laporan Cushman & Wakefield Indonesia menyebutkan bahwa dinamika pusat perbelanjaan saat ini cenderung kepada mono brand atau merger tenant berukuran kecil yang hanya menepati ruang 2.000 meter per segi.

"Tidak hanya di Jabodetabek, tetapi juga di daerah-daerah lain tren pusat perbelanjaan lebih menjadi kecil lebih dan specialized, atau komonitas aktivitas bersama. Jadi tren ini akan berkembang di Jabodetabek dan daerah-daerah lainnya," Managing Director Cushman & Wakefield Indonesia Lini Djafar, Kamis (25/7/2024).

Adapun, tingkat okupansi properti ritel khususnya di Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi disebut mencapai 73,5% pada semester I-2024, menandai penurunan 3,3% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Kecenderungan ini kemungkinan akan berlanjut karena kedatangan pasokan baru yang diantisipasi dalam beberapa kuartal mendatang.

"Selama ekspansi ini peritel juga memunculkan konsep baru seperti supermarket dan entertainment dan lifestyle," tutur Direktur Strategic Consulting Cushman & Wakefield Indonesia Arief Rahardjo.

Di samping itu, Arief menilai pasar properti ritel untuk wilayah Debotabek terus mengalami pertumbuhan moderat dalam harga sewa dasar dan service charge, dengan peningkatan masing-masing sebesar 2,4% pada harga sewa dasar dan peningkatan service charge sebesar 2,9%.

Kenaikan service charge diperkirakan terus berlanjut pada semester mendatang.

(prc/wdh)

No more pages