Selain itu, pelemahan indeks dolar AS juga memberikan peluang bagi mata uang emerging market lebih kuat, di tengah sikap investor yang optimistis meski terlihat masih berhati-hati menunggu pengumuman hasil pertemuan BoJ hari ini dan The Fed pada Kamis dini hari.
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melanjutkan tren pelemahan dengan target koreksi menuju area level Rp16.330/US$ yang merupakan support terdekat sebelum break support psikologis dengan target pelemahan selanjutnya akan tertahan di Rp16.350/US$-Rp16.380/US$.
Apabila break support lagi, rupiah berpotensi melemah lebih jauh menuju Rp16.400/US$ sebagai support terkuat.
Jika nilai rupiah terjadi penguatan, resistance menarik dicermati pada level Rp16.270/US$ dan selanjutnya Rp16.240/US$. Adapun dalam tren jangka menengah, rupiah masih memiliki potensi penguatan lanjutan ke level Rp16.200/US$ meski kian terbatas.
Menunggu FOMC The Fed
Hasil Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja Biro Statistik Tenaga Kerja, yang dikenal sebagai JOLTS Opening kemarin melaporkan kenaikan lowongan pekerjaan menurun menjadi 8,18 juta dari 8,23 juta yang direvisi naik pada bulan sebelumnya. Angka Juni tersebut melebihi sebagian besar perkiraan dalam survei ekonom Bloomberg.
Laporan tersebut menunjukkan masih ada permintaan solid untuk pekerja meskipun pengusaha telah mengurangi perekrutan dan pertumbuhan upah melambat. Data ini berlawanan dengan tren penurunan bertahap di pasar tenaga kerja baru-baru ini.
The Fed dijadwalkan akan mengumumkan hasil FOMC pada Rabu siang pukul 14.00 waktu Amerika. Konsensus pasar yang dihimpun oleh Bloomberg serta pergerakan pasar swap masih berkeyakinan bunga The Fed bulan ini masih dipertahankan di 5,5%. Namun, para pelaku pasar akan sangat menanti pernyataan Jerome Powell, Gubernur The Fed, untuk menangkap sinyal dan 'suasana kebatinan' dari rapat agar bisa menilai prospek bunga acuan ke depan.
Para pembuat kebijakan kemungkinan akan mengakui bahwa inflasi telah membuat kemajuan menuju target 2% - sebagai prasyarat untuk pemotongan suku bunga - menyusul data harga konsumen yang jinak untuk bulan Juni. Dengan pengangguran yang juga meningkat, para pejabat mungkin akan mengindikasikan bahwa kebijakan akan menjadi tidak terlalu ketat.
"Menurut saya mereka akan mengubah bahasa dalam pernyataan untuk menyarankan pemotongan suku bunga pada pertemuan September," kata Subadra Rajappa, Strategist Societe Generale, dilansir dari Bloomberg News.
Komentar terbaru dari Gubernur The Fed New York John Williams, bisa jadi gambaran di mana ia bilang "telah mengatakan bahwa mereka [pejabat The Fed] ingin menjauh dari wilayah restriktif - jadi mereka dapat menggunakan jenis bahasa seperti itu juga."
Hari ini pemodal juga mencermati keputusan Bank of Japan yang diperkirakan memperkuat sinyal pelepasan obligasi yang ia miliki serta diramal akan menaikkan suku bunga lagi pada saat yang sama, memberi pukulan ganda bagi para pedagang mata uang yen.
Dari dalam negeri, lelang Sekuritas Rupiah Bank Indonesia hari ini akan kembali dicermati apakah akan menunjukkan tren penurunan bunga lebih lanjut yang dinilai bisa mengikis sokongan pada rupiah dalam jangka pendek.
Langkah Bank Indonesia memangkas bunga SRBI dalam tiga lelang berturut-turut dinilai telah mengekspos rupiah kembali ke zona yang lebih rentan dan volatile. "Tekanan pada rupiah masih besar karena bunga SRBI turun lagi ke 7,22%," kata Lionel Prayadi, analis Mega Capital Sekuritas.
(rui)