Imelda mengatakan CNI bakal melakukan kolaborasi ihwal industri yang menjadi penyerap atau offtaker dari produk MHP tersebut. Menurutnya, CNI akan melakukan kerja sama patungan atau joint venture dengan calon pembeli yang mayoritas berasal dari Eropa tersebut.
Imelda enggan menjelaskan dengan lengkap ihwal offtaker tersebut, tetapi memastikan bukan berasal dari China. Selain itu, CNI saat ini tengah melakukan penjajakan dengan beberapa bank internasional potensial untuk mendanai proyek ini.
Sementara itu, untuk proyek smelter berbasis rotary kiln electric furnace (RKEF) dari CNI, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan proyek tersebut sudah bisa mulai uji operasi atau commissioning pada akhir 2024.
RKEF tersebut pada tahap awal dibangun 1 jalur produksi (1 x 72 MVA) untuk mengolah bijih nikel saprolit, dan ke depannya akan dibangun sebanyak empat lajur produksi (4 X 72 MVA) secara bertahap dengan kapasitas produksi 252.700 ton per tahun.
Arifin mengungkapkan proyek smelter nikel Ceria merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang termaktub ke dalam Peraturan Presiden (Perpres) No. 109/2020 tentang Perubahan Ketiga Atas Perpres No. 3/2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
Smelter tersebut nantinya akan mendapatkan pasokan listrik dari PT. PLN (Persero) dengan total kapasitas 414 MVA (352 MW) yang telah disepakati dengan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL), yang pasokan listriknya akan mulai dialirkan bertahap pada tahun ini.
Lebih lanjut, Arifin menekankan pemerintah berharap pelaku industri pemurnian mineral harus bisa mengembangkan ekosistem untuk produk akhir elektrifikasi, karena Indonesia memiliki sumber daya mineral yang sangat bernilai.
"Kita harus mengantisipasi, bagaimana industri dalam negeri ini bisa berkembang, cita-cita kita elektrifikasi bisa tercapai, nikel ini tentu saja ada di poros baterai NCM [nickel cobalt manganese], kita punya nikel, kemudian limonit kita juga punya cobalt content yang signifikan, kemudian juga kita masih punya sumber mangan di Nusa Tenggara Timur, nah inilah yang harus kita integrasikan," ujar Arifin dalam siaran pers.
(dov/wdh)