Berdasarkan bahan paparannya, gross issuance surat utang AS diperkirakan mencapai US$28,2 triliun pada tahun ini dan pada tahun depan melonjak hingga US$30,2 triliun. Padahal, pada tahun 2023 tercatat sebesar US$22,7 triliun dan tahun 2022 sebesar US$16,7 triliun.
Dengan demikian, Rofyanto menilai bahwa rasio utang yang meningkat akan mempengaruhi fleksibilitas atau ruang fiskal suatu negara untuk mendorong perekonomian negara tersebut.
“Sekarang ini Amerika menghadapi permasalahan yang tidak mudah, kita lihat surat utang pemerintah AS meningkat sangat signifikan, yang mana kita juga melihat negara-negara maju termasuk AS ini memiliki tantangan fiskal yg tidak mudah,” tuturnya.
Seperti diketahui, The Fed memulai Komite Terbuka Federal Reserve (Federal Open Market Committee/FOMC) selama dua hari ke depan dan akan mengumumkan hasil pertemuan pada 31 Juli waktu Amerika.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, para pembuat kebijakan moneter AS yang amat berpengaruh tersebut, telah mempertahankan suku bunga pada level tertinggi dalam lebih dari dua dekade selama setahun penuh, diperkirakan akan mempertahankannya lagi di di level 5,25% – 5,50%.
Namun, investor melihat para pejabat mengisyaratkan akan melakukan perubahan pada September.
“FOMC bersiap untuk mempertahankan suku bunga acuan pada bulan ini. Namun sepertinya akan ada pernyataan yang menjadi petunjuk bahwa ada pemangkasan pada September,” tulis riset Goldman Sachs.
(azr/lav)