Meski demikian, otoritas industri menurutnya tidak hanya akan fokus pada insentif bebas PPnBM bagi low cost green car (LCGC), tetapi juga mendukung pengembangan teknologi kendaraan ramah lingkungan lainnya seperti hybrid, plug-in hybrid electric vehicle (PHEV), battery electric vehicle (BEV), flexy engine, dan fuel cell.
"Sehingga baik industri maupun konsumen memiliki pilihan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan," ujarnya.
Sebelumnya, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menuturkan bahwa pemerintah akan mengkaji pemberian insentif berupa PPnBM pajak Ditanggung Pemerintah (DTP), setelah mendapat masukan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).
Para pengusaha yang tergabung dalam asosiasi tersebut mengungkapkan bahwa PPnBM DTP sangat efektif untuk menjaga minat pasar dalam pembelian kendaraan roda empat.
"Mereka [Gaikindo] menyampaikan pada semester I-2024 itu evaluasi mereka [angka penjualan mobil] turunnya agak signifikan untuk otomotif dari sisi demand [permintaan], karena PPnBM DTP-nya sudah habis. Kedua, dari pihak sektor keuangan banyak membatasi urusan leasing," ujar Susi di kantornya, Kamis (25/7/2024).
Asosiasi, lanjut Susi, menyampaikan kepada Menko Perekonomian Airlangga Hartarto untuk segera meninjau kembali pemberian PPnBm DTP dan mengatur regulasi pembiayaan kendaraan bermotor di sektor jasa keuangan.
Hal tersebut, diharapkan oleh Gaikindo agar segera terealisasi pasalnya permintaan kendaraan roda empat pada semester 1-2024 mengalami penurunan dan diharapkan dapat kembali naik dengan fasilitas PPnBM DTP.
"Sehingga mereka berharap pertumbuhan mereka yang di semester I kemarin katanya turun, saya lupa angka karena turunnya signifikan. Untuk dia dua ini kuncinya PPnBM DTP dan pengaturan leasing dari teman-teman di OJK, " terang Susi.
Meski begitu, dia menegaskan bahwa pemberian insentif PPnBM DTP merupakan kewenangan Kemenkeu. Menurut dia, hal tersebut hanya sekadar catatan dari asosiasi dan pihaknya akan menampungnya sebagai bahan kajian.
Sekadar catatan, penjualan mobil dari dealer ke konsumen atau di tingkat ritel mengalami penurunan sepanjang semester I-2024 dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023.
Menurut data Gaikindo, total penjualan mobil di tingkat ritel pada paruh pertama tahun ini hanya 431.987 unit atau turun 14% dari 502.533 unit dari tahun sebelumnya alias secara year on year (yoy).
Khusus pada Juni 2024, penjualan di tingkat ritel mencapai 70.198 unit turun 12,3% secara yoy. Lalu, penjualan pada Juni 2024 sebesar 70.198 juga turun 2,7% dari bulan sebelumnya atau secara month to month (mtm) yang sebanyak 72.176 unit.
Pada semester I-2024, Toyota berhasil memasarkan total 140.608 unitnya dengan pangsa pasar di tingkat ritel berada di level 32,5% dari total nasional. Namun, penjualan ritel Toyota pada Juni 2024 hanya sebanyak 23.3987 unit, turun 0,36% dari penjualan bulan sebelumnya yang mencapai 24.074 unit.
(prc/wdh)