Logo Bloomberg Technoz

"Ini menunjukan bahwa perokok berpenghasilan rendah terus melanjutkan tren penurunan permintaan," tutur Putu dalam riset terbarunya.

Selain itu, Putu menilai bahwa lesunya kinerja HMSP juga disebabkan oleh euforia kampanye pemilu yang telah usai, yang dinilai turut membuat daya beli masyarakat ikut memudar.

Lalu, pangsa pasar juga turut bergeser dan beralih ke produk rokok elektrik atau rokok konvensional yang lebih terjangkau. 

Ini tecermin dari volume penjualan yang turun -6,7% secara tahunan menjadi 19,4 miliar batang pada kuartal II-2024, yang juga memburuk dari periode kuartal I.

Putu tetap mempertahankan rekomendasi beli terhadap saham HMSP dengan target harga Rp780/saham.

Saham Batu Bara dan Aksi Korporasi

Pilihan saham di tengah situasi perekonomian saat ini tidak banyak. Kondisi ini juga tercermin dari posisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang relatif stagnan.

Analis Algo Research Alvin Baramuli menilai, saat ini justru merupakan momentum positif bagi saham sektor batu bara dan perusahaan yang merencanakan aksi korporasi.

Saham ITMG, ADRO, ADMR, DEWA dan UNTR menjadi saham sektor batu bara yang cukup prospektif, seiring dengan meningkatnya permintaan listrik dan energi ke depan.

"Meskipun laba kuartal kedua 2024 masih akan menunjukkan penurunan YoY, saya rasa ini sudah diharapkan. Potensi peningkatan pada paruh kedua 2024, di mana pada kuartal ketiga 2024 dapat mulai melihat ASP berurutan yang lebih tinggi," tutur Alvin.

Aksi korporasi seperti emiten teknologi SCMA dan DEWA juga diharapkan dapat menjadi katalis peningkatan profitabilitas perseroan.

"SCMA diharapkan mengalami peningkatan profitabilitas dan anak perusahaannya (Vidio) berencana untuk melakukan IPO, yang dapat membawa sentimen positif. Restrukturisasi DEWA baru-baru ini dapat memberikan ruang untuk meningkatkan neraca guna melakukan potensi M&A."

(ibn/dhf)

No more pages