Lalu, pihaknya juga akan mempromosikan destinasi lain agar para wisatawan tidak hanya datang ke Bali.
“Jadi, pasti ini akan dimanfaatkan momentumnya dan bagaimana dengan Bali kalau sampai over adalah tantangan untuk kita. Hal pertama yang akan kita lakukan mempromosikan less crowded area di Bali. Selain itu kita akan tawarkan sesuatu di luar Bali, seperti Labuan Bajo, Lombok atau Gili Trawangan,” ujar Nia.
“Tantangannya adalah konektivitas, bagaimana kita konsisten untuk terus mengkomunikasikan Bajo dan tentunya di luar Bali lainnya,” tambahnya.
Diberitakan sebelumnya, penumpang di seluruh dunia kini bisa terhindar dari kegilaan tarif mahal yang sempat terjadi setelah pandemi. Alih-alih, penurunan harga tiket maskapai lebih lanjut diproyeksikan segera terjadi.
Hal ini merupakan penyeimbangan kembali sebagian kekuatan dari lonjakan permintaan pasca-Covid yang memberi maskapai penerbangan kebebasan mengendalikan tarif.
Tarif internasional secara global turun 6% dalam enam bulan pertama 2024 dibandingkan dengan periode tahun lalu, Flight Center mengatakan pada Rabu. Penerbangan keluar Australia 13% lebih murah, sementara tarif ke Indonesia —tempat asal Bali, salah satu destinasi liburan favorit Australia — merosot 18%, kata Flight Center.
Kini, penurunan tarif mencerminkan meningkatnya jumlah penerbangan internasional yang ditawarkan, khususnya di Asia dan Eropa, dan masyarakat yang melakukan perjalanan makin sadar akan biaya.
“Ini bukan sekadar perubahan mendadak, ini adalah tren global,” kata James Kavanagh, CEO bidang rekreasi di biro perjalanan Flight Centre Travel Group Ltd yang berbasis di Brisbane.
Harga akan terus turun karena krisis biaya hidup membuat konsumen lebih sensitif terhadap harga, kata Kavanagh.
(spt)