Di bawah kepemilikan baru, Newcastle United lolos ke Liga Champions UEFA untuk pertama kalinya dalam 20 tahun dan mencapai final Piala Carabao di Stadion Wembley. Musim lalu, mereka mengecewakan dengan gagal lolos ke kompetisi Eropa setelah finis di posisi ketujuh di Liga Premier.
Saham 6% Staveley di klub seharusnya bernilai sekitar £60 juta (Rp1,2 triliun). Saham awal 10% di tim tersebut terdilusi sebagai hasil dari suntikan ekuitas PIF, kata sumber tersebut.
Staveley juga sedang menghadapi klaim kebangkrutan dari taipan perkapalan Yunani, Victor Restis, yang tahun ini memenangkan kasus hukum senilai £3,4 juta (Rp71 miliar) di Inggris atas investasi tahun 2008. Staveley sedang mengajukan banding atas keputusan tersebut.
Penilaian saat ini dari Newcastle United menempatkan tim pada penilaian yang kira-kira sama dengan pemenang tujuh kali Liga Eropa, AC Milan, yang dijual oleh Elliott Management Corp pada tahun 2022 kepada RedBird Capital Partners seharga US$1,3 miliar (Rp27 triliun).
Menurut laporan Bloomberg sebelumnya, dilaporkan bahwa Staveley telah mengumpulkan £500 juta (Rp10 triliun) untuk sebuah dana yang akan diinvestasikan di tim sepak bola lain, dengan Tottenham Hotspur di antara target potensialnya.
CEO Newcastle United, Darren Eales, baru-baru ini mengatakan kepada stasiun TV klub bahwa pendapatan telah melonjak lebih dari £300 juta (Rp6,2 triliun).
"Pendapatan telah meningkat dan itu luar biasa untuk dilihat," katanya.
"Tapi kami masih tertinggal dari enam besar jadi kami tahu bahwa jika kami ingin bersaing dan melampaui harapan, bagaimana kami menggunakan sumber daya kami sangat penting."
(bbn)