Bloomberg Technoz, Jakarta - Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho mengatakan Indonesia justru memiliki peluang untuk melakukan ekspor bahan baku baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) ke Amerika Serikat (AS) bila kandidat Partai Republik, yang merupakan mantan Presiden AS Donald Trump, memenangi Pemilihan Presiden (Pilpres) mendatang.
Toto mengatakan hal itu terjadi karena bila Trump memenangkan Pilpres mendatang, maka Indonesia tidak lagi menjadi subjek terhadap Inflation Reduction Act (IRA), yang selama ini menghambat Indonesia.
IRA merupakan insentif yang diberikan Presiden AS Joe Biden sebesar US$7.500 untuk produsen dengan bahan baku baterai dari AS, yang saat ini juga menjegal produk hilirisasi mineral asal China dan Indonesia karena tidak memiliki Free Trade Agreement (FTA).
“Peluang di sini adalah jika Presiden [AS] berubah ke suasana yang lebih Republik, saya kira itu akan menjadi peluang yang sangat bagus bagi Indonesia karena dengan begitu Indonesia tidak tunduk pada pembatasan IRA saat ini. Jadi, kita dapat mengekspor bahan baku baterai ke AS,” ujar Toto dalam agenda International Battery Summit di Jakarta Pusat, Senin (29/7/2024).
Walaupun Trump berusaha menghapus insentif, Toto memproyeksikan, pertumbuhan EV di AS bakal terus berkembang pesat. Terlebih, Texas yang merupakan negara bagian dengan tingkat adopsi EV tertinggi di AS, saat ini memiliki tingkat adopsi sekitar 40% hingga 50%.
"Saya kira ini pertanda bahwa kendaraan listrik di AS, meskipun akan ada beberapa insentif yang akan dihilangkan, masih terus berkembang pesat,” ujarnya.
Institute for Essential Services Reform (IESR) optimistis investasi baterai berbasis nikel di Indonesia bakal terus tumbuh, terlepas dari janji Trump.
“Apalagi sampai hari ini setahu saya nikel kita belum dijual ke AS untuk yang baterai. Untuk yang baterai belum ada masuk ke AS,” ujar Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa kepada Bloomberg Technoz, dikutip Sabtu (27/7/2024).
Namun, Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) memproyeksikan harga nikel berisiko makin anjlok dengan adanya janji Trump.
Sekretaris Umum APNI Meidy Katrin Lengkey mengatakan kebijakan untuk lebih mendukung industri otomotif konvensional itu bakal berdampak kepada harga nikel, meski tidak menjelaskan seberapa dalam penurunan tersebut.
“Ini pasti akan berdampak ke harga nikel lagi. Pasti akan berdampak. Kita tidak bisa prediksi ya, karena ini kan konsumsi dunia. Namun, pasti akan menurun, namanya komoditas kan naik-turun ya,” ujar Meidy saat ditemui di Kementerian Keuangan, Senin (22/7/2024).
Dilansir Bloomberg, Trump menggunakan pidato pencalonannya untuk mengkritik kebijakan EV Presiden petahana Joe Biden dan berjanji akan mengambil tindakan terhadap kebijakan tersebut pada hari pertamanya menjabat.
“Saya akan mengakhiri mandatori EV pada hari pertama,” kata Trump dalam pidatonya di Konvensi Nasional Partai Republik di Milwaukee.
Langkah ini akan menghasilkan “penyelamatan industri otomotif AS dari kehancuran total, yang sedang terjadi saat ini, dan menghemat ribuan dolar per mobil bagi pelanggan AS,” katanya.
Menanggapi pernyataan tersebut, Biden dalam akun X resmi mengatakan bahwa tidak ada mandatori EV.
“Trump, tidak ada mandatori EV. Lalu, manufaktur AS berkembang pesat di bawah pemerintahan saya,” ujar Biden.
(dov/ros)