"Jika presiden berubah, kita mungkin tidak lagi tunduk pada pembatasan IRA saat ini, sehingga kita bisa mengekspor bahan baterai ke AS. Meskipun Trump mengatakan akan menghapus insentif EV," sambungnya.
Tantangan lainnya yang dihadapi industri baterai global yakni pentingnya pengembangan tenaga kerja yang terampil dalam industri baterai. Menurutnya tenaga kerja yang memenuhi syarat saat ini sangat terbatas terlebih untuk menguasai bahan baterai, katoda, dan sel baterai, sehingga dibutuhkan pelatihan yang baik.
Dirinya juga mengungkapkan bahwa penciptaan permintaan domestik juga menjadi tantangan. Pasalnya di Indonesia saat ini, hanya memiliki sekitar 27,000 kendaraan listrik roda empat dan 100,000 kendaraan listrik roda dua, yang setara dengan 1,5 gigawatt per jam. Sehingga, potensi produksi mencapai 900 gigawatt per jam, tapi jika tidak ada permintaan lokal, maka sebagian besar bahan dan sel baterai akan diekspor.
"[tantangan] lainnya adalah investasi. Jadi investasi dan kompleksitasnya, orang melihat baterai itu sangat sederhana, tetapi jika anda ingin berkreasi mulai dari penambangan hingga sel baterai, investasinya sangat besar," pungkasnya.
(prc/spt)