Perdana menteri mengirim kepala Mossad, badan intelijen eksternal Israel, ke Roma pada Minggu untuk berbicara dengan para mediator dalam perang Israel-Hamas, termasuk Qatar dan AS. Netanyahu mengatakan "negosiasi mengenai isu-isu utama akan berlanjut dalam beberapa hari mendatang."
Saham-saham Israel merosot 2,3% pada Minggu, penurunan terbesar sejak akhir Oktober, meskipun mereka mengurangi beberapa kerugian pada Senin. Mata uang shekel melemah 1% menjadi 3,7 per dolar pada pukul 10.45 pagi di Tel Aviv.
Perundingan-perundingan telah tersendat-sendat dalam beberapa minggu terakhir ini karena adanya tuntutan dari Hamas untuk mengakhiri perang Gaza begitu ada gencatan senjata. Israel mengatakan, kecuali Hamas menyerah, mereka tidak akan melanjutkan pertempuran hingga kelompok yang didukung Iran itu dihancurkan.
Israel dan Hizbullah, kelompok militan dan partai politik yang juga didukung oleh Iran, telah saling baku tembak hampir setiap hari sejak perang dengan Hamas meletus pada Oktober. Pertempuran-pertempuran itu sebagian besar menargetkan situs-situs militer. Serangan Sabtu merupakan yang paling mematikan bagi warga sipil di Israel.
AS Mendesak Ketenangan
Israel mengatakan bahwa mereka memiliki bukti yang jelas bahwa roket yang menghantam kota Majdal Shams ditembakkan oleh Hizbullah, sesuatu yang dibantah oleh kelompok tersebut. AS mendukung Israel, dengan mengatakan bahwa indikasi-indikasi menunjukkan bahwa kelompok Syiahlah yang bertanggung jawab, dan juga mengimbau ketenangan.
"Tidak ada pembenaran untuk terorisme," ujar Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken. "Kami juga tidak ingin melihat konflik ini meningkat."
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell Fontelles, mengatakan bahwa ia "mengutuk keras pertumpahan darah ini" dan mendesak "semua pihak untuk menahan diri dan menghindari eskalasi lebih lanjut."
Netanyahu kembali dari kunjungan ke AS pada Minggu, di mana ia berusaha menggalang dukungan untuk apa yang ia gambarkan sebagai pertikaian antara Israel dan Iran, termasuk proksi-proksi mereka seperti Hizbullah dan Hamas. Israel dan Iran saling baku tembak pada April.
Pemerintah Netanyahu menanggapi serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari Teheran--hampir semua rudal dan pesawat tak berawak berhasil dicegat dan tidak menyebabkan kerusakan yang signifikan--dengan serangan udara terbatas di sebuah pangkalan udara Iran, setelah upaya-upaya yang dilakukan G7 untuk menahan respons Israel dan mencegah terjadinya perang regional.
Ancaman Hizbullah
Hizbullah mengatakan bahwa mereka bertindak sebagai bentuk solidaritas kepada Hamas dan Palestina, dan akan berhenti menembaki Israel apabila terjadi gencatan senjata di Gaza. Namun, Hizbullah belum mengatakan akan menarik mundur para pejuangnya dari perbatasan Libanon-Israel, yang diminta oleh pemerintah Netanyahu karena khawatir akan adanya serangan dari kelompok tersebut pada 7 Oktober.
Israel mengatakan bahwa mereka tidak dapat berkompromi dengan musuh-musuh yang telah bersumpah untuk menghancurkannya. Namun, tekanan domestik untuk membebaskan para sandera yang ditahan Hamas di Gaza semakin meningkat, sementara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), yang bergantung pada wajib militer dan tentara cadangan, mengalami kelelahan setelah hampir 10 bulan bertempur di wilayah Palestina.
"Harus ada pembalasan," ujar Amos Yadlin, purnawirawan jenderal angkatan udara dan mantan kepala intelijen militer. "Namun, bukan berarti hal itu harus terjadi saat diantisipasi. Tidak ada salahnya menjaga Hizbullah dalam keadaan siaga selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu."
Hamas menewaskan 1.200 orang dan menyandera 250 orang ketika merangsek masuk ke Israel selatan dari Gaza pada 7 Oktober. Lebih dari 39.000 warga Palestina telah terbunuh sejak Israel memulai pembalasannya, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza.
Hizbullah dan Hamas ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh AS. Kelompok Hizbullah di Lebanon jauh lebih kuat dibandingkan dengan Hamas sebelum Oktober, dengan lebih banyak pesawat tempur, rudal, dan pesawat tak berawak yang dimilikinya.
Konflik penuh mungkin akan menghancurkan Lebanon dan Israel, para pejabat dari kedua negara telah memperingatkan. Sekitar 40.000 orang tinggal di Golan yang diduduki Israel. Lebih dari setengahnya adalah Druze, kelompok Arab yang mempraktikkan cabang Islam.
Sementara Druze Golan umumnya tidak memiliki kewarganegaraan Israel, Druze di bagian lain negara itu adalah warga negara penuh yang mengabdi di militer dan pemerintahan.
Golan merupakan bagian dari Suriah hingga tahun 1967, ketika Israel merebut sebagian besar wilayah itu dalam Perang Enam Hari. Pencaplokan Israel pada tahun 1980-an tidak diakui oleh sebagian besar negara, dan Suriah menuntut kembalinya wilayah tersebut. AS mengakui kedaulatan Israel atas wilayah tersebut di bawah pemerintahan Donald Trump pada tahun 2019.
Hizbullah telah menargetkan wilayah utara Israel sejak perang Gaza dimulai, meluncurkan lebih dari 6.000 roket dan 300 pesawat tak berawak ke sasaran militer dan sipil. Israel telah membalas dengan serangan, sebagian besar di Lebanon selatan.
Hingga Sabtu, sekitar 20 orang di Israel telah tewas akibat serangan Hizbullah sejak Oktober, sebagian besar dari mereka adalah tentara.
Lebih dari 300 orang telah tewas akibat serangan Israel di Lebanon, sebagian besar adalah anggota Hizbullah. Sekitar 80.000 orang di Israel utara dan sekitar jumlah yang sama di Lebanon selatan harus mengungsi dari rumah mereka.
(bbn)