Secara teknikal nilai rupiah berpotensi menguat hari ini dengan target penguatan potensial menuju Rp16.270-Rp16.240/US$ yang berpotensi kembali mendekati MA-50 dan MA-100. Level resistance potensial selanjutnya menarik dicermati pada Rp16.200/US$ sebagai level paling optimis, juga Rp16.180/US$ sebagai resistance psikologis.
Adapun dalam jangka menengah, atau dalam sepekan perdagangan, rupiah memiliki support level di Rp16.320/US$ dan Rp16.350/US$ serta Rp16.380/US$ sebagai support terkuat, tercermin dari trendline indicator channel dalam time frame daily dan menggaris chart trend setahun ke belakang.
Bunga SRBI terus turun
Para pemodal asing terindikasi mulai menjual kepemilikan di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan kembali masuk membeli Surat Berharga Negara (SBN) yang diterbitkan oleh pemerintah, seiring dengan bunga yang terus terkikis turun dalam beberapa lelang terakhir. Hal ini mungkin akan menjadi sentimen positif bagi rupiah.
Laporan Bank Indonesia mencatat, selama periode transaksi pekan lalu antara 22-25 Juli, para investor nonresiden tercatat posisi net sell alias jual bersih SRBI senilai Rp1,39 triliun. Pada saat yang sama, pemodal asing membukukan posisi beli bersih di SBN sebesar Rp3,37 triliun.
Namun, bila menghitung keseluruhan tahun ini, year-to-date, hingga data setelmen transaksi per 25 Juli, investor asing masih membukukan posisi net buy di SRBI senilai Rp169,41 triliun. Sementara di SBN, posisi net sell asing sudah lebih kecil yaitu sebesar Rp32,08 triliun, dibanding Rp42,72 triliun net sell pada akhir Mei lalu. Sedangkan di pasar saham, asing masih net sell senilai Rp1,89 triliun sepanjang tahun ini.
Langkah pemodal nonresiden yang mulai melepas SRBI itu dan beralih ke SBN kemungkinan dipengaruhi oleh tren penurunan bunga diskonto SRBI dalam beberapa lelang terakhir. Sebagai perbandingan, pada lelang terakhir bulan Juni, tingkat bunga SRBI tenor terpanjang 12 bulan, masih bertengger tinggi di 7,52%.
Namun, sentimen pasar global yang makin optimistis siklus pemotongan bunga Federal Reserve semakin dekat, turut menurunkan bunga SRBI. Pada lelang terakhir Jumat pekan lalu, bunga SRBI-12 bulan sudah turun ke 7,22%.
Sentimen dari lelang SRBI itu terlihat mengungkit pergerakan imbal hasil SBN. Pada Jumat kemarin, imbal hasil SBN-2Y terpangkas 5,9 bps pada ke 6,632%. Sedangkan yield SBN-10Y dan 30Y turun masing-masing 1 bps menjadi 6,971% dan 7,092%, menjadikan selisih antara tenor 2Y dan 10Y menjadi 34 bps.
Penurunan bunga SRBI berpeluang memberi ruang lebih besar bagi SBN tenor pendek untuk mencatat kenaikan harga, disokong oleh sentimen arah kebijakan The Fed yang diyakini akan mulai memangkas bunga pada September nanti.
(rui)