“Ketiga, memperkuat koordinasi kebijakan fiskal dan kebijakan moneter serta reformasi struktural untuk meningkatkan produktivitas,” katanya.
Selain itu, dalam pertemuan tersebut para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral turut membahas prospek serta tantangan perekonomian global, sektor keuangan dan inklusi keuangan, kerjasama perpajakan internasional, perubahan iklim, pembiayaan pembangunan berkelanjutan, aliran modal, dan utang global.
Para Menteri Keuangan dan Gubernur bank Sentral sependapat bahwa perekonomian global masih dibayangi oleh ketidakpastian yang berpotensi mengganggu prospek pertumbuhan jangka menengah. Meski demikian, ekonomi global masih tumbuh resilien.
“Oleh karena itu, G20 sepakat untuk mengoptimalkan kerja sama internasional,” sebagaimana tertulis dalam siaran pers BI.
Lebih lanjut, pada sektor keuangan, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral berpandangan bahwa ketahanan sistem keuangan global tetap terjaga disokong oleh regulasi dan pengawasan yang ketat.
Dalam forum ini, disepakati bahwa kedepannya perlu adanya upaya memperkuat ketahanan di sisi operasional sejalan dengan masifnya perkembangan teknologi digital.
“Bank Indonesia menggarisbawahi pentingnya asesmen risiko yang komprehensif, tata kelola yang baik, perencanaan penanganan dan pemulihan insiden siber yang efektif, serta ketersediaan teknologi dan infrastruktur yang mampu mitigasi risiko,” sebagaimana tertulis dalam siaran pers itu.
Sementara dalam pembahasan terkait agenda inklusi keuangan, Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Perry menyambut kemajuan G20 Global Partnership for Financial Inclusion (GPFI) dalam mendorong kemajuan inklusi ekonomi dan keuangan.
(azr/dhf)