“Mengenai upaya penyelesaian kesepakatan pilar satu dan dua dalam Global Taxation Agreement untuk mencegah base erosion dan penghindaran pajak antara negara/justisdiksi,” tulis Sri Mulyani.
Sementara itu, pada sesi pertama yang membahas dinamika perekonomian global, Sri Mulyani menyampaikan bahwa forum tersebut turut membahas kebijakan suku bunga tinggi yang diterapkan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed, tekanan depresiasi mata uang, serta kenaikan biaya bunga di hampir seluruh negara.
“Ini menghasilkan tekanan dan kompleksitas kebijakan fiskal dan moneter di banyak negara - antara menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan dan kesempatan kerja,” jelasnya.
Selanjutnya, pada sesi kedua, membahas berbagai risiko akibat inovasi instrumen keuangan pada teknologi digital seperti crypto, stablecoin, dan kurensi digital Bank Sentral terhadap stabilitas sistem pembayaran dan sektor keuangan.
Adapun, Sri Mulyani menjelaskan bahwa Brasil sebagai tuan rumah presidensi G20 juga mengangkat isu pembiayaan perubahan iklim yang mencakup isu penyelamatan hutan tropis, isu ancaman kelaparan dunia, dan pentingnya ketahanan pangan.
“Ditengah ketegangan geopolitik dan fragmentasi ekonomi - Indonesia mendukung spirit kerjasama global dan peranan forum G20 dan lembaga-lembaga multilateral untuk terus meningkatkan kolaborasi agar kita bisa mengatasi permasalahan dunia bersama,” pungkas Sri Mulyani.
(azr/spt)