Logo Bloomberg Technoz

Ketiga, dari segi harga produksi, baterai LFP menurutnya cenderung lebih rendah dibandingkan dengan baterai litium-ion jenis lain, sehingga dapat membantu menurunkan harga EV secara keseluruhan. Apalagi, harga baterai bisa mencapai 30%—40% dari harga total mobil listrik.

Keempat, baterai LFP juga dinilai memiliki kemampuan pengisian cepat yang baik, sehingga memungkinkan pengisian daya dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan beberapa jenis baterai lainnya.

"Kelima, baterai LFP cenderung memiliki performa yang lebih stabil pada suhu tinggi dan rendah, sehingga dapat memberikan daya yang konsisten dalam berbagai kondisi cuaca," kata Yannes.

Permintaan baterai EV berbasis LFP terus naik./dok. Bloomberg

Sekadar informasi, berdasarkan laporan International Energy Agency (IEA) bertajuk Trends in Electric Vehicle Batteries, LFP adalah kimia yang paling umum di pasar mobil listrik China, sementara baterai nickel manganese cobalt (NMC) lebih umum di pasar EV Eropa dan AS.

Pangsa baterai LFP dalam penjualan EV di Eropa dan AS tetap di bawah 10%, dengan kimia nikel tinggi masih paling umum di pasar ini. Meningkatnya permintaan baterai EV merupakan kontributor terbesar terhadap peningkatan permintaan logam penting seperti litium.

Permintaan baterai untuk litium mencapai sekitar 140 kiloton (kt) pada 2023, 85% dari total permintaan litium dan naik lebih dari 30% dibandingkan dengan 2022; untuk kobalt, permintaan baterai naik 15% menjadi 150 kt atau 70% dari total.

Pada tingkat yang lebih rendah, pertumbuhan permintaan baterai berkontribusi terhadap peningkatan total permintaan nikel, yang mencakup lebih dari 10% dari total permintaan nikel. Permintaan baterai untuk nikel mencapai hampir 370 kt pada 2023, naik hampir 30% dibandingkan dengan 2022.

Namun, menurut Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Indonesia atau Indonesia Mining Association (IMA) Hendra Sinadia, baterai LFP memiliki keterbatasan untuk penggunaan EV jarak jauh.

Hal itu menjawab dari salah satu alasan biang keladi banyaknya pemilik EV di Barat untuk kembali beralih menggunakan mobil berbahan bakar fosil.

Pasalnya, menurut Hendra, perjalanan bakal terhambat karena sebaran stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) fast charging untuk baterai LFP belum banyak tersedia.

"Hal lainnya berkaitan dengan perawatan tentunya belum banyak service station yang tersedia kecuali penghasil EV," ujar Hendra, medio pekan ini.

Hendra mengatakan biaya perawatan EV memang tidak tinggi, tetapi perlu dilakukan secara rutin, khususnya untuk AC serta ban. Dengan demikian, IMA yakin permintaan nikel tetap bakal naik karena konsumen membutuhkan baterai EV yang memiliki kapasitas penyimpan listrik dengan durasi panjang.

(prc/wdh)

No more pages