Saham-saham yang menguat dan menjadi top gainers di antaranya PT Satria Mega Kencana Tbk (SOTS) yang melesat 25%, PT Charnic Capital Tbk (NICK) melonjak 24,8%, dan PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) melejit 11,8%.
Sedangkan saham-saham yang melemah dan menjadi top losers antara lain PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO) yang jatuh 24,4%, PT Jaya Trishindo Tbk (HELI) ambruk 23,4%, dan PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) anjlok 8,28%.
Pada hari ini, sejumlah index Bursa Asia juga kompak bergerak menghijau. SENSEX (India) melonjak 1,62%, Shenzhen Comp. (China) menguat 1,43%, SETI (Thailand) mencatat penguatan 1,21%, PSEI (Filipina) meninggi 0,84%, Kospi (Korea Selatan) terbang 0,78%, Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam) melesat 0,72%, CSI 300 (China) terangkat 0,29%, Shanghai Composite (China) yang menghijau 0,14%, dan Hang Seng (Hong Kong) juga berhasil menguat 0,10%.
Di sisi berseberangan, Nikkei 225 (Tokyo) yang melemah terdalam 0,53%, Topix (Jepang) terdepresiasi 0,38%, KLCI (Malaysia) drop 0,14%, dan Straits Time (Singapura) juga merah 0,12%.
Sentimen pada perdagangan hari ini utamanya datang dari global, Amerika Serikat. Pertumbuhan ekonomi negara dengan ukuran Produk Domestik Bruto terbesar di dunia itu masih tangguh bahkan ketika masa-masa pengetatan moneter paling agresif dalam empat dekade berlangsung.
Perekonomian Negeri Paman Sam tercatat tumbuh 2,8% pada Kuartal II-2024, melompat dari 1,4% pada kuartal sebelumnya dan ada di atas prediksi pasar 2%.
Ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada September, sejatinya menipis.
Mengacu data CME Fed Watch Tools, probabilitas pemangkasan suku bunga The Fed pada September melemah ke 89,6% sore ini, padahal, dari sebelumnya sempat menyentuh 94%.
Analisis Ekonom Bloomberg Economics menilai, pertumbuhan ekonomi AS yang lebih cepat pada kuartal lalu mungkin akan membuat The Fed memperlambat siklus penurunan bunga acuan tahun ini.
Namun demikian, pembacaan terhadap data keseluruhan, termasuk pasar tenaga kerja yang terlihat mulai melemah, masih memberikan peluang pada penurunan bunga The Fed mulai September nanti.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Belanja Konsumen di negara itu, yang menjadi mesin utama pertumbuhan, tercatat menguat pada Kuartal II-2024. Akan tetapi, apabila menghitung selama, dan di sepanjang semester pertama, terjadi penurunan signifikan dibandingkan paruh kedua tahun lalu.
"Kami memperkirakan pasar tenaga kerja yang mendingin dan pertumbuhan pendapatan yang lambat akan makin memperkuat perlambatan tersebut," kata Eliza Winger, Ekonom Bloomberg Economics dalam catatan pasca rilis data PDB.
Mencermati ‘Akan Tetapi’ tersebut, hal ini menjadi sisi pertanda baik bagi Federal Reserve (The Fed), yang sedang berusaha mencapai soft landing bagi perekonomian dan kemungkinan akan mulai memangkas suku bunga pada September.
Angka tersebut juga menyalin moderasi dari tahun lalu. Pengeluaran konsumen dan laju ekonomi yang lebih luas telah mendingin di bawah tekanan suku bunga tinggi, yang secara bersamaan membantu menjinakkan inflasi secara bertahap.
“Kami meyakini, pasar tenaga kerja yang melemah telah memperlihatkan efek yang membebani laju Belanja Konsumen. Dengan demikian, The Fed bisa mendahului kurva dengan memangkas suku bunga acuan pada September, mempertimbangkan histori non–linier dari kemerosotan pasar tenaga kerja,” papar Ekonom Bloomberg Economics.
(fad/ain)