Kubu Prabowo, kata Bhima, seharusnya dapat membandingkan antara satu porsi makan bergizi gratis seharga Rp14.900 akan berbeda dengan harga yang ada di wilayah terpencil. Perbedaan tersebut bisa terjadi pada kualitas gizi dan jenis makanan yang disajikan kepada siswa.
“Karena logistiknya akan lebih mahal terutama untuk meng-cover Indonesia bagian timur. Jadi itu yang harusnya [dilakkan]. Jadi bukan di [simulasi] di Tangerang, di Sentul, Solo, gitu ya,” tutur Bhima.
“Ketika tempat uji cobanya kemudian salah, maka menghasilkan nanti kebijakan yang timpang.”
Maka itu, Bhima menyarankan pemerintahan baru untuk mengutamakan pelaksanaan makan gratis di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) pada tahun pertama. Wilayah yang dimaksud seperti di sebagian besar wilayah Timur Indonesia. Pasalnya, wilayah tersebut dianggap lebih mendesak butuh perbaikan gizi ketimbang kota-kota besar.
Bhima menilai wilayah 3T lebih membutuhkan perbaikan gizi dibanding Kota Solo, Bogor, atau Tangerang yang telah ada simulasi makan bergizi gratis oleh pemerintah.
"Baru tahun kedua di Sumatera, Kalimantan, Jawa," usul dia.
Menurut Bhima, tujuan program makan bergizi gratis untuk menurunkan angka gizi buruk. Maka itu, ketika simulasi dilakukan secara tidak teratur di banyak tempat, program tersebut hanya akan menghabiskan anggaran besar karena berlaku langsung secara nasional di tahun pertama.
Diketahui, simulasi makan bergizi gratis telah dilakukan pemerintah di beberapa daerah yakni di SMP Negeri 2 Curug, Tangerang, Banten pada 29 Februari 2024; Di SDN 02 dan SDN 03 Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada 23 Juli 2024; dan SDN Tugu, Kecamatan Jebres, Kota Solo, Jawa Tengah pada 25 Juli 2024.
Anggota Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran Bidang Komunikasi Hasan Nasbi sebelumnya mengklaim rencana program makan siang gratis Prabowo-Gibran sudah diuji coba di seluruh Indonesia. Pelaksanaannya dilakukan di semua provinsi di Indonesia untuk mendapat variasi data yang obyektif mengenai kebutuhan gizi di setiap wilayah di Indonesia.
Hasil dari uji coba itu akan dijadikan landasan dalam menentukan target dan sasaran penerima manfaat prioritas, standar perhitungan gizi, serta perkiraan harga makan bergizi gratis yang bisa diberikan per satu orang untuk pelaksanaan pertamanya pada 2025.
Uji coba tersebut, menurut rencana, dilakukan terhadap siswa SD, SMP, SMA, serta ibu-ibu hamil. Per satu provinsi atau satu unit layanan, ada sekitar 3.000 siswa yang dijadikan sampel uji coba.
”Agar kita tidak hanya terpaku di satu wilayah saja. Sebab, menurut rencana, menu makan bergizi gratis tidak akan sama standar menunya. Tergantung ketersediaan pangan yang ada di setiap wilayah dan berapa kebutuhan gizi yang bisa kita racik,” kata Hasan dalam konferensi pers, Jumat (19/7/2024) malam.
(lav)