Logo Bloomberg Technoz

Bulan lalu, Nissan menutup pabrik di China dan mengurangi jam kerja karyawan di Meksiko, pasar tempat Nissan menjadi merek mobil terlaris. Langkah-langkah ini dilakukan setelah perusahaan juga menghentikan produksi di Indonesia dan Spanyol dalam beberapa tahun terakhir.

“Nissan menetapkan target yang cukup berani untuk menambah 1 juta penjualan dalam tiga tahun ke depan, tetapi tidak ada yang mempercayainya, karena pada kenyataannya, perusahaan justru mengurangi kapasitas,” kata Seiji Sugiura, analis senior di Tokai Tokyo Intelligence Laboratory Co.

Sugiura berpendapat perusahaan otomotif Jepang tersebut kekurangan jajaran model baru, termasuk model hibrid; elemen yang pada saat pertumbuhan penjualan EV melambat, sangat dibutuhkan oleh produsen mobil.

Rencana Pemulihan

Awal tahun ini, Uchida meluncurkan rencana untuk menyegarkan kembali produsen mobil Jepang tersebut dengan memperluas jajaran kendaraan listriknya, menjalin kemitraan baru, dan menargetkan penjualan 1 juta mobil tambahan per tahun pada 2027.

Uchida mulai menjabat pada 2019 saat Nissan menghadapi krisis eksistensial setelah kepergian mantan ketua Carlos Ghosn.

Rencana tiga tahun Uchida merupakan upayanya untuk menghentikan kemerosotan yang telah menyebabkan pangsa pasar global perusahaan menyusut dari lebih dari 5% pada 2004 menjadi 3,5% pada 2023, menurut data dari Marklines Co.

Bagaimana Nissan berhasil di pasar mobil terbesar di dunia dapat terbukti penting bagi peluang keberhasilannya. Penjualannya di China turun sekitar 6% pada tahun fiskal lalu hingga Maret karena persaingan ketat dari kendaraan listrik bertenaga baterai yang dibuat oleh merek-merek China.

Penjualan Nissan di China makin drop./dok. Bloomberg

Mobil bertenaga baterai merupakan salah satu area yang awalnya menjadi keunggulan Nissan sebagai pelopor ketika meluncurkan Leaf pada 2010, kendaraan listrik pertama dari produsen global besar.

Namun, Uchida — yang memimpin operasi perusahaan di China sebelum menjadi CEO — sejauh ini belum mampu memanfaatkan keunggulan kendaraan listrik perusahaan tersebut.

"Uchida gagal untuk benar-benar meningkatkan kembali adopsi kendaraan listrik secara keseluruhan di dalam perusahaan untuk menghasilkan arus kas jangka pendek," kata James Hong, analis otomotif di Macquarie Securities Korea Ltd.

"Hal itu pada akhirnya membuat Nissan kehilangan pangsa pasar di China, yang dahulu merupakan pasar penyumbang laba terbesarnya sebelum penurunan tersebut."

Di antara tiga produsen mobil besar Jepang, Nissan lebih kesulitan daripada Toyota Motor Corp dan Honda Motor Co di China dan mungkin menjadi yang pertama menarik diri, kata Christopher Richter, analis senior di CLSA Securities Japan Co.

"Bukan tidak mungkin ada beberapa produsen asing yang menarik diri dari China, termasuk Nissan, karena ketidakpastian atas kemampuan mereka untuk memulihkan pangsa pasar yang hilang terus berlanjut," lanjt Richter.

Dalam pengarahan setelah hasil pada Kamis, Uchida mengatakan dirinya melihat sedikit peluang bahwa performa Nissan di China membaik dalam waktu dekat. "Ini adalah situasi yang sangat menantang di pasar China saat ini," katanya. "Perusahaan lokal meluncurkan kendaraan listrik baru setiap tiga bulan." 

Papan nama produsen otomotif Jepang, Nissan. (Dok: Bloomberg)

Meningkatnya Persaingan

Di sisi lain, munculnya produsen mobil China juga menghadirkan ancaman yang membayangi di pasar lain, termasuk Amerika Latin, tempat Nissan menikmati keuntungan yang relatif tinggi.

Nissan mengaitkan keputusannya untuk mengurangi sif staf di perusahaan patungannya dengan Mercedes-Benz Group AG di Meksiko pada Juni dengan "perubahan kondisi pasar."

Analis melihat kemungkinan Nissan memangkas lebih lanjut produksinya di China, daripada meninggalkan pasar sepenuhnya, mengingat masa jabatan Uchida dan Kepala Keuangan Stephen Ma di negara tersebut yang mengelola perusahaan patungan lokal antara Nissan dan Dongfeng Motor Group Co.

"Menarik diri dari China sebenarnya akan berarti sesuatu yang jauh lebih besar bagi para manajer puncak tersebut secara pribadi dan profesional," kata Hong, seraya menambahkan skala Nissan akan menyusut secara signifikan jika keluar dari pasar.

Pada akhirnya, perusahaan dapat mengubah China menjadi pusat ekspor untuk pasar Asia Tenggara, katanya.

Bagian penting lain dari rencana kebangkitan Uchida adalah upaya membangun kemitraan dengan Honda karena kedua perusahaan menghadapi tantangan serupa dari meningkatnya persaingan di China maupun di Asia Tenggara.

Meskipun belum ada keputusan yang dibuat, para pakar industri melihat potensi aliansi tersebut lebih menguntungkan Nissan daripada Honda yang memiliki bisnis kendaraan roda dua yang lebih kuat.

Uchida mengatakan pada hari Kamis bahwa kedua perusahaan terlibat dalam "diskusi konkret" dan kemungkinan akan mengumumkan perincian kolaborasi tersebut dalam beberapa bulan mendatang.

Nissan juga ingin kembali fokus di India, berinvestasi sebanyak US$700 juta dengan mitranya Renault SA untuk meluncurkan enam model baru mulai akhir tahun ini. Kedua perusahaan saat ini hanya memiliki 2% pangsa pasar di negara tersebut.

(bbn)

No more pages