Akan tetapi, perlu dicermati bahwa indikator Stochastic RSI sudah menyentuh 10,32. Cukup jauh di bawah 20, yang berarti sangat jenuh jual (oversold).
Oleh karena itu, ruang kenaikan harga emas masih terbuka. Harga emas sudah melewati pivot point di US$ 2.373/troy ons. Alhasil, rasanya target resisten di kisaran US$ 2.389-2.414/troy ons sudah terkonfirmasi.
Namun andai terkoreksi, maka target support terdekat ada di US$ 2.360/troy ons. Jika tertembus, maka harga emas bisa turun lagi ke arah US$ 2.343/troy ons.
Masa Tenang
“Saat ini harga emas sedang mengalami masa tenang, sebelum berpotensi naik pada kuartal terakhir 2024. Support ada di US$ 2.280/troy ons, sementara kami meyakini harga emas bisa menyentuh US$ 2.680/troy ons pada akhir tahun ini saat kita melihat suku bunga turun,” terang Sugandha Sachdeva, Founder SS WealthStreet yang berbasis di Mumbai (India), seperti dikutip dari Bloomberg News.
Ya, penurunan suku bunga acuan sepertinya memang sudah di depan mata. Di Amerika Serikat (AS), bank sentral Federal Reserve kemungkinan bisa menurunkan suku bunga acuan paling cepat September.
Berdasarkan CME FedWatch, peluang Federal Funds Rate turun 25 basis poin (bps) menjadi 5-5,25% pada September adalah 87,7%. Kemudian suku bunga acuan Negeri Adikuasa bisa turun lagi pada November dengan kemungkinan 58,4%.
Bahkan, bukan tidak mungkin suku bunga acuan bisa turun lagi pada Desember, probabilitasnya adalah 53,3%. Jadi, bisa saja Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell dan kolega memangkas suku bunga acuan 3 kali atau 75 bps sebelum akhir tahun ini.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas menjadi lebih menguntungkan saat suku bunga turun.
(aji)