Logo Bloomberg Technoz

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Paman Sam tumbuh mencapai 2,8% pada tingkat tahunan setelah menguat 1,4% pada periode sebelumnya, menurut perkiraan awal pemerintah. Mesin pertumbuhan utama ekonomi serta pengeluaran pribadi – menanjak ke 2,3%, juga lebih tinggi dari perkiraan.

PDB AS. (Sumber: Bloomberg)

Kemudian besok malam waktu Indonesia, akan dirilis data inflasi Personal Consumption Expenditure (PCE) periode Juni. PCE adalah indikator penunjuk inflasi yang menjadi pilihan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Pada Juni, pasar memperkirakan laju PCE inti secara bulanan ada di angka 0,1%. Sama dengan bulan sebelumnya, tetapi menjadi laju terlemah sejak November tahun lalu.

Berbagai data ini tentu akan jadi pertimbangan The Fed dalam menentukan suku bunga acuan. Namun, Data PDB yang kuat satu ini membuat investor cemas, apakah Bank Sentral Federal Reserve dapat berkeyakinan penuh untuk mulai memangkas suku bunga acuan dalam waktu dekat?

Sebab jika Ekonomi AS masih tangguh, maka suku bunga The Fed kemungkinan besar akan tetap bertahan di level tinggi, Higher for Longer.

Mengutip CME FedWatch Tools pagi ini, peluang penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,00–5.25% pada September memang masih tinggi, yaitu di angka probabilitas 88,1%. Namun melemah dibandingkan sebelumnya yang mencapai angka 90% atau minggu lalu yang mencapai 94%.

Dari regional, tim riset Phillip Sekuritas memaparkan bahwa Bank Sentral China (People's Bank of China/PBOC) mengejutkan pasar untuk kedua kalinya minggu ini dengan melakukan operasi peminjaman mendadak pada hari Kamis dengan suku bunga yang jauh lebih rendah, menunjukkan bahwa Pemerintah sedang mencoba untuk memberikan stimulus moneter yang lebih besar untuk menopang perekonomian.

“Operasi Medium-term Lending Facility (MLF) dilakukan setelah PBOC memangkas suku bunga acuan Loan Prime Rate (LPR) bertenor 1 tahun dan 5 tahun pada Senin, hanya beberapa hari setelah Rapat Pleno para petinggi Partai Komunis China, yang menggarisbawahi berbagai program reformasi besar. PBOC meluncurkan 200 miliar yuan (US$27,5 miliar) dalam bentuk pinjaman satu tahun di bawah MLF dengan suku bunga 2,30%, turun 20 bps dari pinjaman MLF sebelumnya,” mengutip riset harian Phillip Sekuritas.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG kembali terkoreksi 0,31% ke 7.240 dan masih didominasi oleh volume penjualan, koreksi IHSG pun sempat menguji area support-nya. 

“Selama IHSG belum mampu break 7,354 sebagai resistance terdekatnya, saat ini posisi IHSG diperkirakan sedang berada pada bagian awal dari wave 2 dari wave (3),” papar Herditya dalam risetnya pada Jumat (26/7/2024).

Herditya juga memberikan catatan, sehingga pergerakan IHSG masih rawan melanjutkan koreksinya. Adapun area koreksi IHSG diperkirakan akan menguji ke rentang 7.026-7.199.

Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, AKRA, HEAL, ITMG, dan UNTR.

Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, kondisi oversold pada Stochastic RSI dan keberadaan neckline di 7200, membuka peluang IHSG menjaga fase konsolidasi dibanding membentuk pola minor reversal.

“Pasar juga merespon realisasi pertumbuhan ekonomi AS sebesar 2,8% qoq di 2Q24, dibanding 2% qoq perkiraan dan 1,4% qoq pada 1Q24. Kondisi ini mempengaruhi pandangan pasar terhadap peluang pemangkasan suku bunga acuan The Fed di September 2024. Pasar memperkirakan the Fed akan less-aggressive dalam memangkas sukubunga acuan,” tulisnya.

Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi HEAL, AALI, LSIP, TAPG, TLKM, dan MAPI.

(fad/wep)

No more pages