Logo Bloomberg Technoz

Bank of America memberikan rekomendasi 'netral' untuk rupiah karena biaya rendah untuk melindungi eksposur mata uang membatasi dampak arus masuk yang kuat ke obligasi jangka pendek, menurut Strategist BofA Claudio Piron, dilansir dari Bloomberg News. 

Permintaan dolar AS masih berlanjut dan konversi mata uang yang rendah oleh para eksportir mungkin akan terus berlanjut di Indonesia hingga The Fed memulai siklus penurunan bunga acuan.

"Pernyataan dari BI menunjukkan bahwa level saat ini dianggap sejalan dengan mata uang regional dan kecil kemungkinan ada reaksi kebijakan. Meski demikian, fungsi reaksi kebijakan tetap lebih condong ke arah menahan pelemahan yang lebih tajam sedang apresiasi lebih lanjut di bawah Rp16.000/US$ akan disambut baik," jelas analis BofA.

Prospek penurunan bunga acuan Indonesia tidak cukup ampuh mendorong reli harga obligasi pemerintah jangka pendek karena terjegal arus yang lebih kencang ke Sekuritas Rupiah (SRBI). Peningkatan pasokan SRBI kemungkinan akan melemahkan dampak penurunan BI rate terhadap yield SBN tenor pendek.

Pada bagian lain, BI merilis surat edaran yang menghimbau perbankan agar tidak melakukan mobilisasi dana pihak ketiga (DPK) dan tidak memasarkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) secara langsung pada nasabah ritel.

Keluarnya himbauan resmi itu ditengarai oleh perkembangan di industri perbankan domestik belakangan yang memperlihatkan tren kenaikan cost of fund yang berpotensi menggerus margin bank dan bisa menjadi sentimen buruk bagi saham-saham perbankan.

Tingginya bunga SRBI nyatanya telah menyedot likuiditas pasar berkerumun kesana termasuk membuat pamor SBN lebih muram. Perbankan telah melepas hampir Rp300 triliun dananya di SBN dan pada saat yang sama memborong SRBI hingga senilai Rp272,01 triliun dalam enam bulan pertama tahun ini.

(rui)

No more pages