Jochen Siebert dari firma konsultan JSC Atomotive mengatakan konsumen yang membeli kendaraan listrik lebih dahulu bersikap lebih menerima kelemahan dalam memiliki mobil jenis ini.
Akan tetapi, pasar kini telah berubah dari pola pikir pembeli awal itu, dan sebagian besar konsumen sekarang memerlukan kendaraan "yang sesuai dengan gaya hidup mereka."
Lalu. apakah mengganti mobil berbahan bakar fosil dengan kendaraan listrik merupakan keputusan yang menguntungkan secara finansial?
Berikut sisi negatif dan positif memiliki kendaraan listrik:
Harga
Analis Bloomberg Intelligence, Steve Man, mengatakan kurangnya model dengan harga terjangkau ditambah suku bunga pinjaman yang tinggi menjadi penyebab utama perlambatan adopsi kendaraan listrik di Amerika Serikat (AS).
Hanya 12 dari 60 model kendaraan listrik yang beredar tahun lalu yang dipatok dengan harga di bawah US$45.000. Ini membuat produsen kendaraan listrik tidak bisa masuk ke setengah pangsa pasar mobil baru di Negeri Paman Sam.
Harga termurah model 3 milik Tesla Inc adalah US$38.990 sebelum pajak dan biaya lain. Sementara itu, harga termurah Ioniq 5EV buatan Hyundai Motor Co adalah US$41.800, Volkswagen AG mematok ID.4 dengan harga terendah US$39.735.
Steve Man mengatakan sejumlah produsen mobil berencana meluncurkan kendaraan listrik yang lebih terjangkau di kisaran harga US$25.000—US$40.000. Sebanyak 13 model akan mulai dipasarkan pada 2026.
Tesla mengatakan akan melanjutkan rencana membuat kendaraan listrik murah. Pabrik mobil milik Elon Musk ini mengatakan produksi mobil jenis ini akan dimulai di paruh pertama tahun depan, meski mereka belum mengumumkan rinciannya dan sering kali ingkar janji terkait jadwal produksi.
Di Eropa, pabrikan kendaraan masal seperti VW, Stellantis NV dan Renault SA juga menyiapkan mobil listrik yang lebih murah dengan harga sekitar US$27.000. Namun, kendaraan murah ini baru akan dipasarkan tahun depan.
"Siapapun yang tidak memanfaatkan pasar besar ini akan ketinggalan dan akan berdampak pada daya saing mereka di masa depan," kata Man.
Pada saat bersamaan, perubahan pada teknologi yang cepat dan pemotongan harga jual Tesla membuat harga jual kendaraan listrik bekas turun. Ini menjadi sumber kekhawatiran pemilik kendaraan listrik.
Subsidi Kendaraan
Mencabut atau mengurangi subsidi dan keringan pajak untuk kendaraan listrik yang dilakukan di sejumlah negara memukul konsumen yang berniat membeli mobil ini.
Di AS, konsumen bisa memanfaatkan keringanan pajak konsumen untuk pembelian kendaraan listrik sebesar US$7.500 yang dibuat oleh Presiden Joe Biden. Namun, insentif ini terancam dicabut —mantan Presiden Donald Trump berjanji untuk mengubah kebijakan-kebijakan pro-EV Biden jika dia kembali berkuasa di Gedung Putih.
Di Eropa, penjualan mobil listrik di Jerman turun 31% pada Mei dibandingkan dengan setahun sebelumnya. Hal ini merupakan indikasi terbaru bagaimana pasar otomotif terbesar di Benua Biru itu tergantung pada subsidi untuk kendaraan listrik yang dihentikan akhir tahun lalu.
Bahkan, Norwegia yang terkenal sebagai pejuang kendaraan listrik pun mengalami penurunan penjualan setelah pencabutan sejumlah insentif.
Belum lagi, Uni Eropa (UE) berencana menerapkan tarif tambahan untuk kendaraan listrik yang diimpor dari China sehingga harga kendaraan ini akan tetap tinggi.
Perusahaan asal China seperti BYD Co. dan pembuat MG SAIC Motor Corp. sebelumnya berniat membawa model murah mereka ke Eropa, tetapi tarif baru ini akan membuat harga kendaraan itu tetap tidak terjangkau oleh sejumlah besar konsumen.
Premi Asuransi
Biaya asuransi dan perbaikan untuk kendaraan listrik relatif tinggi, Siebert dari JSC memperkirakan biaya ini akan lebih tinggi lagi karena kerusakan kecil bisa memerlukan penggantian batere sepenuhnya.
Di Inggris, konsumen harus membayar premi asuransi dua kali lebih besar dari kendaraan biasa. Secara rata-rata premi asuransi kendaraan listrik naik menjadi US$1.700 pada akhir tahun lalu, sekitar dua kali dari asuransi kendaraan konvensional.
Biaya perbaikan kendaraan listrik di Inggris pun meningkat karena kekurangan montir terlatih dan sejumlah kendaraan listrik pun dibuang meski mengalami kerusakan kecil yang jika terjadi di kendaraan biasa bisa dengan mudah diperbaiki.
Siravit Chayavanich dari plaftorm pembanding harga Priceza Money di Thailand mengatakan premi asuransi kendaraan listrik sekitar 20%—50% lebih tinggi dari kendaraan biasa.
Dia mengatakan penyebab utama biaya perbaikan kendaraan listrik adalah batere voltase tinggi yang bernilai 60% dari seluruh nilai mobil itu.
Haley Lee, seorang pengguna kendaraan listrik di Korea Selatan sebagai mobil kantor, mengatakan perbaikan mobil itu setelah mengalami kecelakaan "sangat mahal."
"Kami harus mengganti seluruh baterai dan pekerjaannya lebih banyak dibanding memperbaiki kendaraan dengan bahan bakar bensin," kata Lee. "Ini membuat saya memutuskan untuk tidak pernah membeli kendaraan listrik untuk keperluan pribadi. Terlalu mahal biaya memperbaikinya dan saya tidak mampu."
Fasilitas Pengisian
Satu penelitian Universitas Harvard baru-baru ini menyebut faktor lain yang memengaruhi minat adopsi EV —meskipun tidak berdampak pada kantong konsumen — adalah kondisi tempat pengisian kembali daya baterai di banyak negara, ditambah waktu yang terbuang karena harus antre.
Studi ini mengungkapkan, di Amerika Serikat, alat pengisi tenaga baterai listrik tidak melaporkan status kondisi mereka atau malah melapor karena masalah teknis.
Peneliti utamanya Omar Sensio mengatakan merawat stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) —terutama milik pemerintah pusat dan pemerintah daerah — menjadi penyebab utama situasi ini.
Banyak tempat pengisian daya baterai kendaraan listrik —terutama yang bukan milik jaringan Supercharger Tesla — juga memerlukan aplikasi ponsel sendiri. Setiap aplikasi memerlukan akun sendiri yang lebih rumit dibandingkan dengan ketika membeli bahan bakar di stasiun pompa BBM.
Thomas Lockhart dari Monta, pflafrom pengisian daya baterai mobil listrik, mengatakan masalah ini menyebabkan 37% responden survei UK YouGov tahun lalu mengatakan menyesal membeli kendaraan listrik.
Survey terpisah yang dilakukan oleh YouGov atas permintaan Monta pada Oktober tahun lalu mencatat 54% pemilik kendaraan listrik di Prancis menyesal membeli karena kenaikan harga listrik di negara itu.
Meski demikian, mengisi kembali daya baterai kendaraan listrik lebih muerah dari pada membeli bahan bakar fosil di Prancis dan negara lain.
(bbn)