Namun, perlu disimak bahwa indikator Stochastic RSI sudah menyentuh angka 0. Sudah paling rendah, berarti amat sangat jenuh jual (oversold).
Oleh karena itu, harga emas masih berpeluang bangkit. Target resisten terdekat ada di US$ 2.396/troy ons.
Selepas itu, investor patut mencermati pivot point di US$ 2.408/troy ons. Jika tertembus, maka target resisten lanjutan di US$ 2.418/troy ons akan terkonfirmasi.
Adapun target support terdekat adalah US$ 2.360/troy ons. Jika tertembus, maka US$ 2.345/troy ons bisa menjadi target berikutnya.
Wait and See
Koreksi harga emas sepertinya disebabkan oleh sikap wait and see pelaku pasar. Malam ini waktu Indonesia, ada data penting yang dirilis di Amerika Serikat (AS).
US Bureau of Economic Analysis akan merilis pembacaan pertama pertumbuhan ekonomi kuartal II-2024. Konsensus pasar memperkirakan ekonomi Negeri Paman Sam pada kuartal II-2024 tumbuh 1,9% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized). Lebih tinggi ketimbang kuartal sebelumnya yang sebesar 1,4%.
Kemudian besok malam waktu Indonesia, akan dirilis data Personal Consumption Expenditure (PCE) periode Juni. PCE adalah indikator penunjuk inflasi yang menjadi pilihan bank sentral Federal Reserve.
Pada Juni, pasar memperkirakan laju PCE inti (core) secara bulanan ada di 0,1%. Sama dengan bulan sebelumnya, tetapi menjadi laju terlemah sejak November tahun lalu.
Berbagai data ini tentu akan jadi pertimbangan The Fed dalam menentukan suku bunga acuan. Sejauh ini, pasar cukup percaya diri bahwa Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell dan sejawat akan menurunkan Federal Funds Rate paling cepat September.
Mengutip CME FedWatch, probabilitas pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5-5,25% pada September mencapai 90%. Kemudian, suku bunga acuan diperkirakan bisa turun 25 bps lagi ke 4,75-5% pada November dengan peluang 56,4%.
Bahkan masih ada ruang penurunan 25 bps lagi ke 4,5-4,75% pada Desember, kemungkinannya 52,7%. Jadi, bukan tidak mungkin suku bunga acuan di Negeri Adikuasa bisa turun 3 kali atau 75 bps sebelum 2024 berakhir.
“Faktor utama yang menopang harga emas saat ini adalah ekspektasi pasar bahwa mungkin saja The Fed memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan lebih awal dari September,” ujat Chris Gaffney dari EverBank, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan lebih menguntungkan saat suku bunga turun.
(aji)