“Kalau itu tercapai, maka paling tidak kebutuhan untuk minyak goreng yang urgent untuk masyarakat sekitar 3 juta liter, bisa kami pasok sekitar 60%–70% dari total [produksi] nasional. Jadi ketika kasus seperti tahun lalu ketika minyak goreng langka, BUMN juga bia hadir,” tegasnya.
Di subsektor pergulaan, Abdul mengatakan perseroan juga akan melakukan perluasan areal tanam tebu dari 60.000 hektare saat ini menjadi 100.000 hektare tahun depan. “Sementara kelapa sawit nantinya hampir 700.000 hektare.”
Dalam hal pengembangan industri hilir, PTPN III pada tahun ini akan melakukan groundbreaking pabrik biodiesel berkapasitas produksi 433.000 ton. Perusahaan juga mulai memasuki pasar ritel untuk komoditas minyak goreng.
“Saat ini kami sedang mempersiapkan kapasitas [produksi minyak goreng dari] 72.000 ton per tahun, kami naikkan menjadi 204.000 per tahun pada semester II-2023. Itu setara degan 20% market size minyak goreng kemasan di PTPN Group,” ujarnya.
Persiapan Lebaran
Pada kesempatan yang sama, Abdul Ghani turut mengelaborasi kontribusi PTPN III dalam mengamankan stok minyak goreng dan gula untuk kebutuhan jelang Idulfitri.
Menurutnya, saat ini produksi minyak goreng perseroan mencapai 17 juta liter buan. Namum, apabila dibutuhkan oleh pasar, perusahaan akan memacu produksi lantaran kapasitas terpasang yang dimiliki mencapai 60 juta liter per bulan.
Untuk gula, perusahaan juga terus menaikkan stok selama dua tahun terakhir, guna menghindari kenaikan harga gula di tingkat konsumen hingga menembus Rp 20.000/kg seperti pada 2021 dan 2022.
Dia memerinci produksi gula PTPN III pada 2020 mencapai 37.000 ton, lalu naik menjadi 200.000 ton pada 2021, dan 300.000 ton pada 2022. “Untuk mendukung penyediaan pangan, khususnya gulla, kami masih memiliki stok 200.000 ton gula di gudang. Belum termasuk gula impor yang sedang dalam perjalanan,” ungkapnya.
(wdh)